Mohon tunggu...
OdieL Palm
OdieL Palm Mohon Tunggu... Administrasi - only a human

Meninggalkan jejak demi segores kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Mandiri Sejak Dini untuk Hari Depan

10 April 2011   11:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:57 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembangunan panti kemudian dapat berjalan lancar berkat bantuan dari segenap umat Keuskupan Agung Makassar. Tak hanya itu, lanjut Van Rooij, banyak anggota masyarakat yang bermukim di sekitar panti juga turut memberikan dukungan dalam pembangunan panti asuhan tersebut.

“Saya merasa bersyukur karena dapat membahagiakan anak-anak yang membutuhkan kasih sayang dan cinta kasih ini,” tutur mantan Vikaris Episkopal Makassar ini.

Diakuinya, perasaan anak-anak tersebut dapat dipahaminya, karena sejak kecil Van Rooij telah ditinggal mati sang ayah, Alm Marinus Van Rooij. Dengan bimbingan sang ibu, Petronella Hoorn, Van Rooij akhirnya dapat tumbuh menjadi pribadi yang senang memberikan pelayanan sosial.

Sampai saat ini, Panti Asuhan dan Panti Werdha Pagamaseang telah mengasuh puluhan anak. Baik yang yatim piatu, maupun yang tidak diperhatikan dan dibuang keluarganya.

“Sekarang anak-anak di sini ada 25 orang,” jelas sang pembina. Anak-anak tersebut berkisar pada usia taman kanak-kanak hingga ada yang sudah di bangku kuliah.

Pengelola Panti Asuhan Pangamaseang, Suster Yosephine Palit YMY, menjelaskan, mereka berasal dari beragam suku dan daerah yang ada di Indonesia. Ada yang dari Toraja, Muna, Ambon, dan bahkan ada yang dari Papua.

“Mereka datang ke panti kebanyakan dibawa oleh para pastor paroki di daerah masing-masing,” ucap Van Rooij menjelaskan. Ada pula anak-anak yang dibawa langsung oleh keluarga yang tidak mampu lagi mengurusnya.

“Banyak anak di sini yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga oleh keluarga mereka sendiri,” sela Sr Yosephine. Dia menunjukkan salah seorang anak yang masih TK yang berasal dari Flores sebagai contohnya.

Diuraikan Sr. Yosephine anak tersebut sering mendapat perlakuan kasar dari orang tuanya. “Dulu waktu masih di Flores dia sering dipukul bahkan sampai disileti,” tutur Sang Suster dengan mata berkaca-kaca.

Selama di panti, ke semua anak tersebut disekolahkan dan diberikan beragam pengetahuan tambahan. Mereka juga tak lupa dibina untuk mulai mandiri sejak usia dini.

“Setiap hari mereka dibiasakan membersihkan area panti, serta membantu di pabrik lilin,” ujar Van Rooij saat mengajak saya memasuki pabrik lilin yang terletak di dalam area panti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun