Mengucapak satu kata dalam bahasa Inggris itu sudah biasa. Orang asing dari mana saja pernah melakukannya. Tetapi, mengucapkan satu kata dalam bahasa Indonesia itu luar biasa. Hanya sedikit dari orang asing yang mengucapkannya.
Orang asing ini yang saya jumpai di Yogyakarta sekitar 5 tahun lalu. Dia yang baru tiba dari Meksiko itu langsung menawarkan untuk mengucapkan satu kata dalam bahasa Indonesia. Tawaran itu memang muncul sekadar untuk memulai obrolan saja. Perkiraan waktu itu adalah kata ‘terima kasih’. Rupanya bukan itu. Dia mengucapkan kata ‘orangutan’.
Dia sudah akrab dengan kata ini. Saat itu, dia memang sedang mengunjungi adik perempuannya yang sedang mengambil program CRCS (Center for Religious and Cross-cultural Studies), Graduate Schooldi UGM-Yogyakarta. “Di Meksiko kata ini sudah terkenal. Kami semua tahu kata ini adalah milik orang Indonesia,” katanya sambil menunjukkan kebanggaannya mengucapkan kata ini.
Rupanya satu dari beberapa kata dalam bahasa Indonesia sudah mendunia. Selain ini, ada beberapa yang kiranya sudah terkenal: terima kasih, rambutan (buah-buahan), komodo, dan sebagainya. Dengan ‘orangutan’, dunia mengenal Indonesia sebagai pelestari hutan. Citra yang saat ini sedang diuji oleh dunia internasional. Dengan ‘rambutan’, Indonesia dianggap sebagai negara yang kaya buah-buahan. Ini kiranya amat nyata meski di sana-sini penguatan untuk cinta produk dalam negeri masih berjalan setengah-setengah. Dengan ‘komodo’, Indonesia menjadi tempat wisata yang layak dikunjungi.
Seperti sebagian dari warga Indonesia, orang Italia kadang-kadang kurang percaya diri dengan bahasa mereka. Mereka menganggap hanya bahasa Inggris saja yang mendunia. Di sini ada rasa pesimis dan merasa kecil hati. Kiranya sikap ini tidak beda dengan kecenderungan artis Indonesia, juga pejabat dan terutama warga DKI Jakarta yang suka memakai kata Inggris ketimbang menggunakan kata Indonesia yang lebih mudah dipahami oleh pemirsa.
Untunglah, orang Italia berbeda dengan orang Indonesia. Orang Italia tidak menggunakan kata Inggris itu untuk menjelasakan sesuatu kepada kerabat Italia mereka. Mereka tahu bahasa Inggris memang mendunia tetapi tidak mesti harus mengubah komunikasi mereka. Italia ya Italia, Inggris ya Inggris. Sikap seperti ini yang kiranya patut dipuji jika ingin meninggikan semangat nasionalisme dalam bidang bahasa dan budaya.
Banyak bahasa musik berasal dari kata dalam bahasa Italia. Sebut saja istilah ‘sopran, tenor, alto’ dan sebagainya. Kata ini muncul karena dunia musik lahir dan besar di Italia. Selain istilah musik, ada beberapa kata Italia yang mendunia: pizza, tagliatelle, gondola, mafia (kata ini akarnya dari bahasa Arab ‘mo’afiah atau ma hias yang berarti arogan dan kekerasan), ciao e bravo(Popotus 28/3/2017).
Menurut koran Popotus dua kata terakhir paling terkenal saat ini. Dua kata ini sudah masuk dalam kosa kata di sekitar 29 negara. Ini berarti betapa besar pengaruh dua kata ini. Ibarat bahasa Inggris yang mendunia, dua kata Italia ini juga menjadi kosa kata internasional. Warga dunia pun kiranya tidak asing menggunakan kata ini. Dari sekian negara ini, Indonesia termasuk di dalamnya. Kata ‘bravo’ misalnya sering diucapkan oleh orang Indonesia, apalagi komentator TV. Dalam bahasa aslinya, kata ‘bravo’ menunjuk pada laki-laki, sedangkan kalau menunjuk pada perempuan harus diubah menjadi ‘brava’. Tetapi, karena komentator TV Indonesia tidak mesti (?) memahami setiap kata yang digunakan, pemakaiannya pun sekadar ala kadarnya saja.
Kata ‘ciao’ dalam bahasa Venezia kuno ditulis ‘schiao’, dibaca ‘ciao’. Kata ‘schiao’berarti budak atau schiavo. Kata ini dalam budaya aslinya digunakan untuk menyalami dengan penuh hormat. Saat seorang pekerja menyalami pemimpinya, dia akan menggunakan ciao ini. Itulah sebabnya, kata ini juga bisa diterjemahkan sebagai ‘pelayanmu’.
Dalam budaya Venezia saat itu, relasi pekerja dan pemimpin amat kuat. Hanya saja istilah pekerja tidak dipakai. Kata pekerja masih menggunakan kata ‘budak’. Sedangkan kata pemimpin masih menggunakan kata ‘raja’. Memang zaman itu tidak ada sistem pekerjaan yang kita kenal pada zaman modern ini. Zaman itu hanya ada raja dan para budaknya. Jadi, budak dalam hal ini berarti pekerja dalam sistem modern saat ini.
Dari Venezia, kata ‘ciao’ berkelana ke seluruh dunia sejak awal abad ke-7. Kata ‘ciao’ pun berubah sedikit demi sedikit maknanya. Ciao tidak lagi sebagai salam dari budak untuk raja tetapi sebagai salam persahabatan (saluto amichevole). Karena bermakna persahabatan, kata ciao digunakan oleh orang-orang yang sudah saling percaya. Tanpa itu rasa percaya atau saling kenal, kata ciao layaknya tidak bisa digunakan.
Saat persahabatan dan keakraban sudah terbentuk, perpisahan rasanya amat sulit. Itulah sebabnya ada yang bilang, bukan perpisahan yang ditangisi tetapi pertemuan, persahabatan, dan keakraban. Kata ‘ciao’ juga masuk dalam lingkaran ini. Jika Anda berpamitan meninggalkan sahabat atau kenalan atau keluarga, Anda akan mengucapkan ‘ciao’ atau juga diulang ‘ciao-ciao’.
Demikian juga saat mengakhiri penutup rumusan surat antara sahabat, kata ‘ciao’ juga bisa disematkan. Jika Anda datang ke Italia dan mengirim kartu pos ke kenalan Anda ke Indonesia, Anda bisa menuliskan kata ‘ciao’ di akhir kalimat yang Anda tulis. Tukang Pos Italia akan tersenyum dan terhibur membacanya jika dia sempat menengok sedikit kartu pos itu.
Kata ‘ciao’ yang hanya sebagai kata ‘tidak berarti’ di Venezia kini menjadi kata yang amat penting. Dari sekadar sapaan sang budak untuk majikan, kini menjadi kata yang mewah dalam dunia pariwisata. Maka, kata ini pun datang dari Venezia dan mengembara ke seluruh dunia. Setiap orang yang mengucapakannya akan menyelipkan pesan persahabatan, keakraban, kedamaian, dan kebahagiaan.
Kata ‘ciao’ diucapkan sambil melambaikan tangan pertanda perpisahan. Kata ‘bravo’ juga diucapkan dengan menggunakan bahasa tubuh melalui tangan. Jika ciao dengan tangan melambai, bravo sebaliknya dengan mengacungkan dua ibu jari. Kata bravo memang berarti pujian di kala seseorang berhasil mencapai target.
Di Italia, kata ‘bravo’ kerapkali diucapkan di stadion sepak bola. Nadanya tentu saja berisi pujian untuk para pemain idaman. Saat kakinya berhasil mengoceh lawan dan memasukkan bola ke gawang lawan, kata ‘bravo’ pun akan hadir membahana seisi stadion.
Seperti bahananya stadion, kata ‘bravo’ juga diucapkan di tempat pertunjukkan teater. Saat akhir pertunjukkan, kata ini muncul bersama dua kata lain. Jadi rumusannya bisa berbunyi seperti: Bravo, bene, bis!Maksudnya, (kalian atau kamu) hebat, bagus, diulang lagi donk (bis).
Dengan mengucapkan kata ‘bravo’ kita seakan-akan mendukung tindakan dan tutur kata baik dari seseorang. Kata ‘bravo’ dengan demikian memaksa kita untuk mencari dan terus mencari serta memotivasi diri untuk berbuat yang baik.
Seperti kata ‘ciao’, kata ‘bravo’ juga berusia tua. Usianya lebih tua 100 tahun ketimbang kata ‘ciao’. Kata bravo mulai dikenal sejak abad ke-6. Pada abad ke-7, kata ini sudah mulai muncul di tempat pertunjukkan teater di seluruh Italia. Sejak saat itu, kata bravojuga melalangbuana ke seluruh dunia.
Dari Italia, kata ‘bravo’ mula-mula muncul di Prancis, Jerman, dan Spanyol pada akhir abad ke-7. Di Inggris kata bravo mulai digunakan pada abad ke-8. Saat ini, kata ‘ciao’ sudah digunakan di banyak bahasa termasuk bahasa Indonesia.
Koran Popotus melampirkan sekitar 29 negara pengguna kata ‘bravo’ di dunia: Albania, Arab-Mesir, Bulgaria, Catalano, Ceko, Kroasia (croasia), Denmark (danese), Estone, Finlandia, Jepang, Yunani Modern (greco), Indonesia, Islanda, Makedonia, Lettone, Lituano, Malaysia, Malta, Neerlandese, Norvegia, Polandia, Portugis, Romania, Rusia, Serbia, Slovenia, Swedia, Turkia, dan Hongaria (ungherese).
Selain kata Bravo dan Ciao, kata-kata lain dalam dunia seni (lukisan, arsitek, dan musik) juga sudah mendunia. Jika ada kesempatan, akan dibahas pada masa datang. Ciao
Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.
PRM, 7/5/2017
Gordi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H