Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Rahasia Tingginya Minat Baca Anak Italia dan Australia

23 Maret 2017   21:49 Diperbarui: 24 Maret 2017   10:00 2321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan ini memang nyata. Seorang teman saya yang masih SMA kelas 2 saat liburan musim panas tahun lalu harus mendekam di rumah agar kewajiban ini tercapai. Setiap hari dia menghabiskan 4-5 jam pada pagi hari untuk menyelesaikan tugas liburannya. Dia harus membaca beberapa buku pelajaran sekolah dan mengerjakan tugas Matematika dan Fisika. Tiga pelajaran ini menjadi menu hariannya. Baginya, pagi hari adalah kesempatan untuk berkutat dengan tugas liburan. Dia memutuskan untuk memberikan jatah 5 jam agar sorenya dia bisa bersantai-santai.

Kebiasaan ini rupanya menjadi kebiasaan warga Italia pada umumnya. Generasi sebelumnya juga merasakan ini. “Kalau tidak begini, mana mungkin sya bisa seperti ini?” demikian jawaban seorang ibu saat saya tanya informasi ini. Ibu yang berprofesi sebagai pekerja di rumah sakit ini rupanya mendukung kebijkakan sekolah ini. Ini berarti betapa pentingnya menumbuhkan minat baca pada anak-anak.

Memang, orang tua mestinya mendukung kebijakan agar anak-anaknya mau membaca. Baru-baru ini sebuah lembaga riset di Italia—Doxa—membuat penelitian tentang biaya yang dikeluarkan orang tua Italia dalam mendidik anak-anak. Dalam bidang pendidikan, Doxa menemukan bahwa ada peningkatan yang besar dalam hal membeli buku. Antara tahun 2015 dan 2016, terjadi kenaikan biaya membeli buku sebesar 5,3%. Peningkatan ini—hasil penelitian Doxa— sekaligus juga mengonfirmasikan kemampuan anak-anak dalam membaca buku. Doxa menemukan bahwa sampai saat ini, anak-anak Italia masih mencintai budaya membaca. Bahkan, Doxa memberi label “grandi lettori” alias pembaca yang hebat kepada anak-anak.

Muda-muda suka baca, FOTO: pixabay.com
Muda-muda suka baca, FOTO: pixabay.com
Membeli buku hanyalah satu pos yang menjadi perhatian orang tua Italia. Jika digabung dengan pos lainnya (berkunjung ke bioskop, taman kota, menonton serial TV, mainan, komik, dsbg), jumlah yang dikeluarkan para orang tua Italia setiap tahun untuk kepentingan anak-anak berkisar 3 miliar euro. Data yang dikeluarkan Doxa pada Kids Marketing Day ini pun menunjukkan bahwa orang tua Italia memerhatikan kebutuhan anak-anak mereka. Perhatian ini kiranya tidak terlepas dari kemampuan orang tua untuk mengeluarkan duit yang tidak sedikit itu.

Meski cenderung naik, pengeluaran untuk membeli buku rupanya masih kalah dengan pengeluaran untuk alat mainan. Anak-anak memang cenderung untuk bermain ketimbang membaca buku. Doxa merilis sekitar 1 miliar dan 600 juta euro pada tahun 2016 yang lalu untuk pos ini. Biaya ini begitu tinggi dibanding dengan biaya karcis masuk saat kunjungan ke taman-taman main yang hanya 400 juta euro. Pengeluaran untuk buku, koran, dan komik yang meningkat rupanya berkisar di 232 juta euro. Biaya ini terhitung tinggi dan rupanya buku yang laris dibeli oleh anak-anak Italia tahun lalu adalah serial terbaru dari Harry Potter, karangan J.K: Rowling, Harry Potter dan Anak yang Terkutuk.

Tingginya biaya untuk membeli buku menunjukkan bahwa, anak-anak saat ini masih mencintai budaya membaca buku. Anak-anak masih menganggab buku sebagai sarana yang berguna demi pengembangan ilmu pengetahuan mereka.

Ada perbedaan antara membaca buku manual dan membaca di perangkat digital (komputer, hp, iPad, tablet, e-reader, dsbg). Meski banyak yang menganggap peringkat digital ini makin diminati dan memudahkan pembaca, kenyataannya justru terbalik. Memang, dengan perangkat ini, kita dengan mudah membawa satu perpustakaan dengan banyak judul buku kemana-mana. Tetapi, rupanya dengan model seperti ini, kita bahkan tidak bisa membaca buku dengan baik.

Sebuah penelitian di Australia membicarakan dengan gamblang tentang ini. Seorang peneliti di salah satu Universitas di Perth, Australia—sebagaimana dikutip oleh koran anak Italia, Popotus 23 Maret 2017—menemukan bahwa, ada penurunan tingkat minat baca pada anak-anak yang membaca dengan perangkat digital dibanding dengan membaca buku manual. “Ada kecenderungan untuk tidak melakukan kegiatan lain dan juga ada kesulitan untuk berkonsentrasi saat anak membaca di perangkat digital,” kata peneliti yang membuat penelitian terhadap 1000 anak-anak Australia itu.

Bunga-bunga bisa memberi semangat untuk membaca, FOTO: pixabay.com
Bunga-bunga bisa memberi semangat untuk membaca, FOTO: pixabay.com
Kecenderungan ini kiranya ada benarnya. Jika komputer kita terhubung dengan internet misalnya, ada kecenderungan untuk membaca situs lain atau membuka facebook ketimbang membaca file pdf dari buku yang sedang kita geluti. Kecenderungan ini memang dikuatkan oleh sebuah penelitian lain di Universitas yang sama. Dari penelitian itu diketahui bahwa sekitar 60% anak-anak dan remaja Australia lebih suka buku manual ketimbang buku elektronik.

Ini menunjukkan bahwa, buku manual tidak akan mati. Buku ini tetap akan ada dan tidak tergusur oleh kehadiran perangkat digital atau buku elektronik. Namun, lepas dari persaingan antara dua model buku ini, yang lebih utama adalah menumbuhkan minat baca pada anak-anak.

Sudahkah Anda mendampingi anak-anak Anda membaca setiap hari?

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

PRM, 23/3/2017

Gordi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun