Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rantai Mimpi

13 Oktober 2018   15:19 Diperbarui: 13 Oktober 2018   15:30 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Art paint by. S.Sudjojono

Leher leher berkalung mimpi sibuk melukis fajar,

matahari dan dedaunan lalu menjelma jilatan api,

Lautan keruh,

orang orang yang lapar, saling mencakar

mukanya sendiri, dengan barisan berujung panjang

memanggul warna senja dan bertelanjang kaki,

lehermu dan leher leher kita,

tercemar oleh fajar yang ia lukis

dan kita di ombang ambing suara jaman

angin musim,

mencekik urat urat dalam leher kita

lalu tangan kita mencengkram rambutnya,

bergelantungan di leher leher kepalsuan

duh..belenggu rantai di tangan kita,

lama memasung kepala.

lantaran leher leher itu menghembus angin panas,

menutupi lukamu dengan lukanya.

duh...fajar yang mulai menyingsing,

cahayamu memancar kepada tunas yang lesu

karna ia begadang menunggu hujan,

matanya menjadi buta warna

kelak kembangnya menebar aroma kegelapan.

O..matahari pagi yang gemilang,

aku memandangmu melenggak lenggokkan cuaca,

selincah leher leher berkalung mimpi,

mementaskan adegan cakrawala berkalung senja

dan ambisi,

O...aku terkesima,

lantaran rantai mimpimu menjerat matahari yang telanjang,

sampai angin kemarau enggan pulang.

***

Gorontalo, 13 Okt 2018

Rasull abidin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun