laut bergelombang, buruh-nelayan dibawah tiang pancang
mengorek-ngorek bebatuan,
bila ketemu akar panjang mulutnya menganga,
gemintang tak pasti,
tapi perut lapar mesti tetap pasti, lalu
matahari melaju ketepian cakrawala meyisakan gulana
sepi,
tempatku bertapa dibuaian emak, sesekali kutatap ia,
mataharimu mengarah ke mataku,
dari balik tapih emakku,
kapitalis panen peluh,menghisap cangklong
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!