kisah getir bapakku yang tak pernah usai
mengarah kepada jidatku, lalu
akankah kelak aku dihibahkan kepada anak-anak kita ?
Mataku nyalang
(lengkung bianglala yang kuikuti,dik?)
dalam kereta memandang pematang dan siwalan
Lalu gubuk-gubuk pinggiran kota
Pabrik-pabrik desak-mendesak
Menjarah lahan pertanian,
Julang gunung tak menjulang, digerus lerengnya
Kampung dan dusun direnggut nafasnya
Tinggallah,
Sekali waktu kita berkompromi pada petaka
Dan keluh burung-burung pada langit : Doa
Surabaya, 02 Juli 2018
Rasull abidin
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!