Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Seorang Pejalan Kaki

5 Oktober 2017   15:34 Diperbarui: 5 Oktober 2017   15:37 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senja, langit lembayung diatas kota

Sesak, asap bersimpang debu.

Malam raya, bulan purnama bersinar

Wajahnya yang bundar ia tengadahkan

Percik cahaya menyibak gerai rambutmu

Aduhai,

Gincu merah melekat dalam warung kaki lima

Tajam bau parfummu diledek impian

Wajah purnama merubah warna kota,

Tuan-tuan lancang memancang tiang pancang,

Kulihat tumbuh pabrik berjejal di pemukiman

Pabrik yang megah berproduksi, cerobongnya menyangga langit

Cerobong asap dihempas angin,

Mengasapi gubuk-gubuk darurat sepanjang bantaran kali

Baunya jadi selimut kita dalam lelap,

Lalu kulihat kanak-kanak berkudis

Yang terjangkit radang infeksi pernafasan

Diklinik terbaring tanpa jaminan surat resmi,

Lha, ini bagaimana ?

Demi ekonomi, apa harus ada yang dikorbankan ?

Ini untuk kesejahteraan, lalu sejahtera untuk siapa ?

Di jalan raya, laron dan kecoa beranak,

Bunga-bunga trotoar

Disambar petugas keamanan

Karna dianggap kotoran yang harus di sapu

Kebebasannya dibatasi

Lalu bunga yang resmi bebas terbang bak burung dadali

Malam memeluk bulan purnama,

Kota yang permai lengang,

Dewan tatakota rebah dipangkuan bulan purnama

Lalu besok bagaimana,

Diamlah : diam itu emas !

Banda, 03 Sept 2017

Rasull abidin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun