Senja, langit lembayung diatas kota
Sesak, asap bersimpang debu.
Malam raya, bulan purnama bersinar
Wajahnya yang bundar ia tengadahkan
Percik cahaya menyibak gerai rambutmu
Aduhai,
Gincu merah melekat dalam warung kaki lima
Tajam bau parfummu diledek impian
Wajah purnama merubah warna kota,
Tuan-tuan lancang memancang tiang pancang,
Kulihat tumbuh pabrik berjejal di pemukiman
Pabrik yang megah berproduksi, cerobongnya menyangga langit
Cerobong asap dihempas angin,
Mengasapi gubuk-gubuk darurat sepanjang bantaran kali
Baunya jadi selimut kita dalam lelap,
Lalu kulihat kanak-kanak berkudis
Yang terjangkit radang infeksi pernafasan
Diklinik terbaring tanpa jaminan surat resmi,
Lha, ini bagaimana ?
Demi ekonomi, apa harus ada yang dikorbankan ?
Ini untuk kesejahteraan, lalu sejahtera untuk siapa ?
Di jalan raya, laron dan kecoa beranak,
Bunga-bunga trotoar
Disambar petugas keamanan
Karna dianggap kotoran yang harus di sapu
Kebebasannya dibatasi
Lalu bunga yang resmi bebas terbang bak burung dadali
Malam memeluk bulan purnama,
Kota yang permai lengang,
Dewan tatakota rebah dipangkuan bulan purnama
Lalu besok bagaimana,
Diamlah : diam itu emas !
Banda, 03 Sept 2017
Rasull abidin.