Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Aku Berikan Airmata untukmu, Ibu...

8 September 2017   07:54 Diperbarui: 8 September 2017   08:52 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampailah aku disini,

Dibawah guyuran cahaya rembulan

Aku tengadah menatapmu di langit

Ibu,

Tak ada engkau disana

Tak ada senyummu di antara gemintang

Yang aku tatap mendung lara yang berat

Menggantung di leher burung-burung terbang

Seindah lautan kasihmu,

Aku mengarunginya, kadang menyelam

Di buaian air susumu..

Sungguh sedap, sedaplah kecupmu

Bunga kelor tertiup angin pantai

Aroma karang dibawa ke daratan,

Aku terbangun,

Aku cari dirimu tak ketemu,

Meraunglah tangisku

Menjelma gemuruh petir di langit biru

Memecah senyap-senyap

Meronta dalam dekap telaga rindumu

Bibir pantai menghampar di lautku,

Bau surga kakimu perpijak di karangnya

Bersama kerang-kerang dan remis

Menjadi telaga ilmu dalam kepalaku

Yang kau suap,

Dibawah rimbunan waru dan desahan angin

Sampailah aku disini,

Dalam kesendirian menyimpan gumpalan rindu

Benang kasihmu yang kau ikatkan di hatiku

Menjelma siwalan,

Tumbuh Berkembang di lautan pasir,

kering kerontang

Lantaran doa,

Yang engkau ajarkan padaku masih tersimpan

Menjadi tempat berkeluh-kesah dalam heningku padaNya

Luluhkan aku,

Biar aku berikan airmata ini untukmu, ibu

Agar engkau tahu aku merindumu

Sampailah aku disini saat ini,

Kala fikiran menerawang jauh membelah lautan

Singgah di rumah sejenak,

Aku mencari rindumu...

Aku mencari kaki-kakimu

Supaya aku bisa mencium tapakmu

Yang telah aku abaikan

Yang telah tertusuk tajam karang pantai

Menimbun darah yang tak keluar

Nanah menjelma lara

Sungai airmatamu, ibu

Memanjang...

Menjadi parit-parit yang kadang aku gali kian ke muara,

Namun teduh matamu senyapkan panas matahari dan gelegar petir

Kala ombak mengejar perahu jempalikan

Aku sudah sampai disini,

Dengan sejuta  langkah yang tertempuh

Doa-doamu adalah lentera jalanku

Dan biarkan aku tetap tenggelam dalam sungai kasihmu.

Surabaya, 18 Agustus 2017

Rasull abidin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun