Sampailah aku disini,
Dibawah guyuran cahaya rembulan
Aku tengadah menatapmu di langit
Ibu,
Tak ada engkau disana
Tak ada senyummu di antara gemintang
Yang aku tatap mendung lara yang berat
Menggantung di leher burung-burung terbang
Seindah lautan kasihmu,
Aku mengarunginya, kadang menyelam
Di buaian air susumu..
Sungguh sedap, sedaplah kecupmu
Bunga kelor tertiup angin pantai
Aroma karang dibawa ke daratan,
Aku terbangun,
Aku cari dirimu tak ketemu,
Meraunglah tangisku
Menjelma gemuruh petir di langit biru
Memecah senyap-senyap
Meronta dalam dekap telaga rindumu
Bibir pantai menghampar di lautku,
Bau surga kakimu perpijak di karangnya
Bersama kerang-kerang dan remis
Menjadi telaga ilmu dalam kepalaku
Yang kau suap,
Dibawah rimbunan waru dan desahan angin
Sampailah aku disini,
Dalam kesendirian menyimpan gumpalan rindu
Benang kasihmu yang kau ikatkan di hatiku
Menjelma siwalan,
Tumbuh Berkembang di lautan pasir,
kering kerontang
Lantaran doa,
Yang engkau ajarkan padaku masih tersimpan
Menjadi tempat berkeluh-kesah dalam heningku padaNya
Luluhkan aku,
Biar aku berikan airmata ini untukmu, ibu
Agar engkau tahu aku merindumu
Sampailah aku disini saat ini,
Kala fikiran menerawang jauh membelah lautan
Singgah di rumah sejenak,
Aku mencari rindumu...
Aku mencari kaki-kakimu
Supaya aku bisa mencium tapakmu
Yang telah aku abaikan
Yang telah tertusuk tajam karang pantai
Menimbun darah yang tak keluar
Nanah menjelma lara
Sungai airmatamu, ibu
Memanjang...
Menjadi parit-parit yang kadang aku gali kian ke muara,
Namun teduh matamu senyapkan panas matahari dan gelegar petir
Kala ombak mengejar perahu jempalikan
Aku sudah sampai disini,
Dengan sejuta  langkah yang tertempuh
Doa-doamu adalah lentera jalanku
Dan biarkan aku tetap tenggelam dalam sungai kasihmu.
Surabaya, 18 Agustus 2017
Rasull abidin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H