"Teledor kita, ada satelit."
"Maaf, sialan. Move!" mereka serentak bergerak terpisah.
**
Kesimpangsiuran informasi. Apakah tujuan kaum kesetiaan masih valid? Sebuah pertanyaan, misteri dari materi pergerakan, sebelum pecah. People power, mampukah dicegah? Jika itu terjadi kekacauan akan membabi buta. Penyusupan telah menyebar, menurut kabar terakhir. Keraguan pada kehadiran warna baru, signifikan untuk segera dibasmi, dengan cara apapun, namun akan berakibat pada situasi makin kritis, mampu mempercepat kekacauan.
Dilema tak lagi perlu dipertimbangkan ketika kekuasaan mendesak keadilan menjadi sebaliknya, di sana ruang pemicu argumentatif kelompok bayangbayang, para pengintip kesempatan meneteskan air liur triliun tanpa batas. Mengais lapar pada ranah tamak mengembang bagai ledakan nuklir, maka ismeisme gulung tikar, metafora kaum partisan bermunculan, seolaholah serba baru sebalik, sebenarnya serupa pola lama ketika kehendak menjarah kepentingan publik.
Di sana letak berbagai kemungkinan, kedendak personal ataupun kelompok, tak lagi mewakili kepentingan umum, ketika triliun menggiurkan. Lantas cara virus amuba kamuflase pemusnah massal berlaku tak peduli. Ketika kata 'Tuhan' ternisbikan, rumahrumah ibadah ada tiada, ambisi manusia menuhankan dirinya. Awalmula munculnya diktatorisme, fasisme, komunalisme, demokrasi impor di ranah itupun, telah menjadi keset berkaca buram-kalah telak di kanvaskan, knock out, tak'kan pernah bangkit lagi.
**
"Aku, masuk jalur. Pertemuan kesetiaan, tuntas," menjelaskan panjang lebar, terutama penyebaran pencegahan people power tengah berjalan.
"Stabilitas?"
"Prediksi negatif."
"Narahubung?"