"Apa! Enggak usah bisik-bisik. Kami dengar tau!" Serentak berteriak di kiri-kanan Bork-Berk.
"Iya sih, tapi kan ... Itu dulu, ya enggak sih." Bork-Berk, serentak perlahan.
"Stop! Bahas soal itu." Bien, menyela makin gondok.
"Ganti topik!" Dien, makin lembab matanya.
"Iyaa ..." Serentak Bork-Berk. Hening bagai tengah bercerita, sesaat.
Dien, menghela napas, kesabaran menyertai suaranya. "Kalian punya janji untuk hadirkan? Hari ini resital piano, Dharma Suhita, tampil bersama paduan suara Melodi Swara Semesta. Mereka para ananda kita, anak-anak panti asuh kita. Kalian keterlaluan, malah asyik di sini. Ngebahas fisika tentang upil! Hihhh!" serta merta mencubit bahu, Bork.
"Kalian lupa? Ngeselin!" Bien, kesal memuncak. Keduanya, mencubit hebat bahu Bork-Berk.
"Hahhh!" serentak Bork-Berk.
"Iya. ampun. Aku baru ingat. Maaf, kelupaan," Berk.
"Apa!" Deen-Bien, makin naik pitam.
Â
"Aku juga lupa," Bork, menyela sembari bergegas.
"Ayo! Cepat!" keduanya menarik lengan Berk. Menyusul Bork. Menuju gedung pertunjukan.