Enggan mengingat keindahan itu, keburukan itu, kebohongan itu, kesia-siaan itu, kepandiran itu, hal mengenaskan, mengunci hatinya.
Berbagai kemungkinan, barangkali bisa saja, pada hal hidup, setelah mati atau pada hal mati setelah hidup, kalau mungkin.
"Aku tidak mampu!" Geram.
"Aku lengah." Sesal termuskil.
"Seharusnya, aku. Mati. Bukan kamu."
***
"Aku durhaka sejagat. Melupakan kasihmu. Aku sombong, mentang-mentang. Aku melupakan, tidak sengaaja. Maafkan. tidak bermaksud tidak mengingatmu."
"Aku, sibuk, amat rumit. Sulit menjelaskan, tak berani menemuimu. Sadar betul, sungguh. Aku bersalah."
"Aku berniat hidup lagi. Mengembalikan semua hal menjadi baik banget."
"Boleh enggak ya. Apa masih bersedia."
"Kapan ya hidup lagi. Janji deh, 'kan kuberikan cinta terkusyuk, beneran. Sumpah."