Mohon tunggu...
Muhammad Asad
Muhammad Asad Mohon Tunggu... -

Manusia Pembelajar yang Terus Belajar Mengasah Diri dan Bertindak Konsisten agar Bisa Berguna Buat Diri Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kecerdasan Fadli Zon Membungkam Omong Kosong Maruarar Sirait

30 Mei 2014   15:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:57 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya sudah membahas sesi pertama Mata Najwa yang menampilkan head to head antara Anies Baswedan dengan Mahfud MD.

Anda bisa membacanya di sini

http://politik.kompasiana.com/2014/05/29/kejujuran-mahfud-md-menghancurkan-mencla-mencle-anies-baswedan-660982.html

Selanjutnya, sesi kedua menampilkan masing-masing ketua dari partai pengusung utama capres-cawapres, yaitu Fadli Zon sebagai wakil ketua umum dari pihak partai Gerindra dengan Maruarar Sirait sebagai ketua DPP dari kubu PDI-P. Saya pribadi menduga, dari latar belakang keduanya yang memang murni politisi, berusia muda dan fanatik terhadap masing-masing capresnya, pasti akan ada perdebatan sengit bahkan cenderung jadi debat kusir yang tidak berujung.

Apalagi, ketika Najwa memulainya dengan sebuah pernyataan (bukan pertanyaan), “Kenapa harus memilih Jokowi, kenapa harus memilih Prabowo,” dengan posisi Maruarar Sirait dan Fadli Zon berdiri menghadap penonton, bukan duduk di kursi seperti di sesi pertama yang menampilkan Mahfud MD dengan Anies Baswedan.

Jadi, untuk sesi kedua ini menampilkan orasi dari masing-masing perwakilan pengurus partai pengusung yaitu Maruarar Sirait daripengusung Jokowi – Jusuf Kalla dan Fadli Zon dari pengusung Prabowo – Hatta Rajasa.

Maruarar Sirait memulai dengan “kenapa harus memilih Jokowi”. Dia mengatakan, dari segi kepribadian, Jokowi itu sederhana. Lihat apa yang dipakai oleh Jokowi, mulai dari baju, celana, sepatu, seperti itu juga yang dipakai oleh kebanyakan rakyat Indonesia, yang masih berjuang mengatasi kemiskinan yang dialami. Kepribadian Jokowi yang lain - kata Maruarar Sirait - dia begitu merakyat, menyatu dengan rakyat, dia tidak ada di depan rakyat, atau di belakang meninggalkan rakyatnya sendirian. Dia ada bersama rakyat. Pada saat banjir, dia tidak meninggalkan. Dia hadapi. Dia tahu persoalan itu tidak selesai, tapi dia tidak tinggalkan masalah itu. (Apakah benar Jokowi itu bersama rakyat sedangkan dia jelas-jelas meninggalkan rakyat Jakarta untuk berebut kekuasaan RI-1. Bukti omong kosongnya Maruarar Sirait).

Selanjutnya, Maruarar berbicara tentang ketegasan. Tentang bagaimana saat Jokowi menjadi gubernur........(waktu habis, disertai dengan tepukan penonton bergema, padahal belum berbicara apa-apa, tepukan penonton terlihat jelas di-setting. Maruarar tidak sempat melanjutkan orasinya. Omong kosong Maruarar kedua, tampak dia kebingungan dalam mengungkapkan keunggulan Jokowi dibandingkan dengan Prabowo).

Karena waktu habis buat Maruarar Sirait, giliran Fadli Zon yang berorasi. Fadli Zon berbicara “kenapa harus memilih Prabowo.” Kata Fadli Zon, Prabowo adalah sosok pemimpin yang kita butuhkan pada zaman ini. Setiap zaman membutuhkan pemimpin yang sesuai. Kita membutuhkan pemimpin yang jujur, berani, cerdas, melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Kejujuran itu – kata Fadli Zon – sangat penting. Jangan sampai kita memilih paemimpin yang dibalut oleh pencitraan, ingkar janji, dan sebagainya.(Sebuah tamparan telak dari Fadli Zon untuk Jokowi, kecerdasan Fadli Zon terlihat jelas di orasi ini).

Singkatnya, Fadli Zon menyatakan bahwa Prabowo – Hatta adalah pemimpin yang kita butuhkan saat ini. (Orasi Fadli Zon sangat pas dengan waktunya. Tidak dipotong paksa seperti orasi Maruarar Sirait, menunjukkan kecerdasan Fadli Zon dalam merangkai kata yang bernas, singkat, dan apik).

Selanjutnya, sesi debat sambil duduk dilakukan. Maruarar dan Fadli Zon sudah duduk di kursi yang disediakan.

Najwa Shihab menanyakan pertanyaan yang sama, seberapa teryakinkah anda (Maruarar dan Fadli Zon) dengan orasi kubu lawannya. Maruarar menegaskan, bahwa dalam posisi kami (yaitu Maruarar dan Fadli Zon) tentu sudah sangat meyakini dengan capresnya masing-masing. Maruarar kemudian melanjutkan orasi yang tadi terpotong, yang tidak berhubungan lagi dengan pertanyaan. (Inilah omong kosong Maruarar, menghabiskan waktu yang seharusnya dipakai oleh Fadli Zon menjawab pertanyaan yang sama dari Najwa Shihab).

Maruarar menyatakan, Jokowi adalah orang yang berproses. Pemimpin itu bagaimana dia jadi walikota, dia melakukan pelayanan publik, kesehatan, pendidikan. Bagaimana Solo – kata Maruarar – diakui tidak hanya oleh warga Solo tetapi juga oleh warga Indonesia bahkan internasional. Begitu banyak penghargaan yang didapatkan bahkan termasuk walikota terbaik di dunia. Pada saat gubernur, Jokowi – klaim Maruarar – menghasilkan begitu banyak perubahan. Makanya – kata Maruarar – Fadli Zon mau mendukung jadi gubernur. Kalau track record-nya bagus di Solo, tidak mungkin tidak didukung. Jadi jelas, sebagai gubernur, Jokowi juga melakukan perubahan. Ada KJS, KJP.

Giliran selanjutnya adalah Fadli Zon. Dia mengungkapkan ciri-ciri pemimpin ambisius yaitu dia belum menyelesaikan tugasnya, tetapi kemudian mau menyelesaikan tugas yang lain Kalau janjinya 5 tahun ya 5 tahun diselesaikan. Itu namanya tidak ambisius. (Sebuah sindiran telak dari Fadli Zon kepada Maruarar sebagai pendukung Jokowi).

Sayangnya, waktu mengungkapkan pemimpin ambisius ini, Maruarar langsung memotong omongan Fadli Zon kemudian berbicara yang tidak substantif untuk mengganggu Fadli Zon. Maruarar terpancing dengan pernyataan cerdas – bernas dari Fadli Zon.

Fadli Zon juga mengungkapkan bahwa dalam memberikan dukungan kepada Jokowi waktu di pilkada 2012 ternyata banyak fakta yang baru diketahui di kemudian hari. Misalnya, PAD di Solo yang ternyata terus menurun dari tahun ke tahun. Maruarar kembali memotong ucapan Fadli Zon dengan mengatakan “Kalau nggak, nggak jadi walikota terbaik di dunia” yang langsung dibalas Fadli Zon bahwa kontes walikota terbaik dunia itu hanyalah karangan saja. Penghargaan walikota terbaik dunia bukan berasal dari institusi resmi, melainkan dari organisasi abal-abal saja.

Najwa memberikan pertanyaan kedua, yaitu tentang 3 kriteria kepemimpinan; rekam jejak, karakter personal dan visi-misi.

Fadli mengulas soal Prabowo. Karakter Prabowo – kata Fadli – adalah apa adanya. Dari latar belakangnya yang militer, Prabowo adalah orang yang berani, tegas dan disiplin. Prabowo selalu mengatakan, bedanya gerombolan dengan tentara itu disiplin. Sehingga kedisiplinan itu menjadi satu faktor yang penting. Oleh publik, Prabowo dianggap emosional. Tidak. Tidak seperti itu. Itu masalah gaya. Bung karno adalah seorang yang sangat temperamental, dalam arti yang lain. Bung Karno kalau marah bilang, Amerika kita setrika Inggris kita linggis.

Dari sudut pandang Maruarar tentang karakter Prabowo, Maruarar bilang, bahwa semua hal tentang sosok Prabowo dan Jokowi sudah terbuka di media sosial. Tentang persepsi publik soal Prabowo yang temperamental dan melakukan kekerasan, jujur itu ada di publik – kata Maruarar.

Kemudian, Najwa membahas soal isu negatif yang menimpa Jokowi. Yaitu capres boneka dan tunduk dengan kepentingan asing. Maruarar menjawab bahwa hal itu tidak perlu dijawab dengan omongan tetapi dengan tindakan. Dia mencontohkan soal bantuan dari pihak asing, tidak perlu mengatur-ngatur pihak asing itu. (Sayangnya, Maruarar tidak membantah isu bahwa Jokowi adalah capres boneka. Yang dia jawab adalah isu mengenai Jokowi tunduk pada kepentingan asing. Tampaknya, Maruarar lupa bahwa yang memberikan pernyataan tentang tidak bolehnya pihak asing mengatur-atur bantuan yang diberikan adalah Ahok, kader partai Gerindra, dan Ahok-lah yang mengurus semua bantuan tersebut, bukan Jokowi).

Maruarar kemudian melanjutkan, Jokowi ini tidak pandai bicara, tidak jago pidato, tetapi dia selalu bersama rakyat, menyelesaikan masalah bersama rakyat.

Fadli Zon mengakui hal itu dan setuju dengan pendapat Maruarar. Bahwa soal style pemimpin boleh lembut, keras, berapi-api, lunak, tetapi masalah visi-misi dan program, hal itu wajib ada. Karena dari pemikiran menjadi kata-kata. Dari kata-kata jadi tingkah laku dan kemudian menjadi kebiasaan, karakter serta takdir.

Maruarar kemudian mengambil alih pembicaraan bahwa yang terpenting itu adalah tindakan, kinerja, contohnya saat mempertahankan Lurah Susan. (Sekali lagi, Maruarar lupa bahwa yang tegas mati-matian mempertahankan Lurah Susan adalah Ahok, bukan Jokowi).

Fadli Zon berujar bahwa Prabowo punya peranan yang penting dalam tindakannya. Yaitu dalam hal civil society, melakukan advokasi dalam pertanian dan pedagang pasar. Tetapi, belum selesai pembicaraan, sudah dipotong oleh Maruarar.

Setelah jeda iklan, acara dilanjutkan kembali.

Najwa membahas tentang pengalaman yang pernah dijabat oleh masing-masing kedua belah pihak. Prabowo sebagai orang yang pernah menjabat Danjen Kopassus serta Dansesko ABRI, serta Jokowi yang pernah menjabat sebagai walikota dan gubernur.

Maruarar menyatakan, Jokowi sebagai walikota bekerjasama dengan kodim, kapolres, kajari. Itulah namanya muspida. Begitu Jokowi menjadi gubernur, dia bekerjasama dengan pangdam, bergotong royong membersihkan sampah. Maruarar menekankan tindakan teruji dari seorang Jokowi sebagai hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pemimpin. (Pernyataan Maruarar ini tidak sepenuhnya salah, tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Karena, sebelum jadi walikota, Jokowi bahkan belum pernah memegang jabatan apapun di birokrasi. Begitu juga Megawati, sebelum jadi wakil presiden, belum pernah mengemban amanah di pemerintahan. Sementara, Jusuf Kalla, sebelum jadi menteri, dia belum pernah berada di pemerintahan).

Fadli Zon mengemukakan alasan yang berbeda. Dia menekankan bahwa perbandingan apple to apple tidaklah tepat. Karena, masing-masing orang punya proses perjalanan dan karir yang berbeda – beda sehingga tidak perlu dipaksakan untuk disamakan. Karena, untuk menjadi seorang pemimpin, bisa datang dari berbagai macam jalan. Prabowo waktu di militer – kata Fadli Zon – memiliki kepedulian yang tinggi dalam hal pertanian. Waktu kostrad, pernah diperintahkan menanam jagung, apalagi di masa krisis pangan. (Di sini, Fadli Zon hampir terjebak oleh Maruarar, yang mengatakan “jadi diperintahkan, bukan inisiatif”, dijawab oleh Fadli Zon, “inisiatif, kesadaran diri.”).

Maruarar menyebutkan hasil survey yang menyatakan bahwa Jokowi di atas Prabowo, lebih banyak 15 % daripada Prabowo. Dan pasti akan lebih besar lagi di waktu ke depannya nanti. (Maruarar bertindak ceroboh dengan menyatakan hal seperti itu. Karena, dari berbagai survey dari waktu ke waktu dari awal tahun 2013, angka survey Prabowo dengan Jokowi lebih besar Jokowi dengan selisih yang mencapai lebih dari 25%. Sekarang ini, malah tinggal 15%. Jadi, logika darimana disebutkan bahwa pasti akan lebih besar karena kenyataan yang ada malah menunjukkan selisih yang semakin dekat.)

Maruarar juga mengatakan bahwa koalisi yang diusung oleh kubu Jokowi – Jusuf Kalla adalah koalisi dengan rakyat. (Ini adalah pernyataan yang mengundang tawa banyak orang. Sedangkan kenyataannya, PDI-P menggandeng PKB, Hanura dan Nasdem. Koalisi dengan rakyat seperti apakah yang dimaksud oleh Maruarar? Apakah koalisi dengan rakyat adalah ucapan lips service karena kalah jumlah, 6 partai pendukung Prabowo – Hatta Rajasa dengan 4 partai pendukung Jokowi – Jusuf Kalla?).

Inilah catatan saya selama menonton acara Mata Najwa Shihab bertema “Jokowi atau Prabowo” yang ditayangkan di Metro TV pada sesi kedua, yang menampilkan head to head, Maruarar Sirait vs Fadli Zon.

Semoga tulisan saya ini bisa menjadi pertimbangan anda untuk menghadapi pilpres tanggal 9 Juli 2014 nanti, agar lebih hati-hati dalam memilih pemimpin kita di tahun 2014 ini.

Salam.

NB: Nantikan tulisan saya esok hari yang membahas sesi ketiga, menampilkan head to head, Adian Napitupulu vs Ahmad Yani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun