Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Khadafi
Muhammad Irfan Khadafi Mohon Tunggu... -

nama : Muhammad irfan khadafi Sekolah : Sma Smart 01 bogor

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dunia di Bawah Payung

16 Februari 2015   19:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:05 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sial!” Umpat saya lagi, melihat pasir-pasir yang berantakan di tepi pantai. Seperti ada bekas telapak kaki yang banyak di atasnya.

Sial.” Seharusnya pasir-pasir ini kembali normal datar karena telah disapu ombak dan dihembus angin semalaman, pikir saya.

Sial. Sial. Sial. Sial.” Saya beranjak dari pesisir pantai yang menyebalkan itu.

***

Sebenarnya, tepi pantai itu bisa dikatakan kosong. Hanya kumpulan pasir putih. Kepiting-kepiting berlari di atasnya, lalu masuk ke lubang-lubang di bawahnya. Sesekali melompat turun dan muncul dari lubang lain.

Kabarnya, orang-orang yang ingin menyangkal cerita itu dan membuktikan bahwa hantu itu tak ada, membuka kedai kecil-kecilan di tepi pantai dari sore sampai tengah malam. Mereka berjualan kelapa muda dan jagung bakar. Sore-sore, melihat matahari terbenam ditemani minuman dingin kelapa muda dan wangi jagung bakar yang memikat, siapa yang tak tergoda. Apalagi kaum muda yang senang bereuforia dengan pasangannya. Tak lama, kedai kecil satu itu menjadi dua, lalu pedagang lainnya berdatangan, tiga, empat dan berbelas-belasan. Pelanggan juga semakin banyak, berdatangan dari negeri yang entah, menjamu pasangannya masing-masing.

Kursi-kursi kecil di sebelah kedai tak cukup lagi. Maka, atas inisiatif pedagang pertama, dibangunlah tenda-tenda kecil bertudung lebar warna-warni dekat bibir pantai. Jumlahnya puluhan. Angin pantai yang dingin-dingin asin langsung mencium mereka yang duduk di sana. Amboi. Satu tenda kecil diisi oleh satu-dua kursi plastik dan meja yang kecil-kecil pula. Setiap tenda hanya diisi oleh satu kelompok pelanggan. Seperti sebuah rumah sewa yang hanya dihuni oleh satu keluarga saja.

Di dalam tenda-tenda serupa payung itu, berpasang-pasang muda-mudi bercengkrama seperti pengantin baru di rumah baru mereka. Mereka duduk berdekatan, dempet-dempetan, dan berangkulan. Entah apa yang dibicarakan, di sebuah tenda, seorang perempuan sedang berusaha tertawa dengan malu-malu-manja. Kepalanya menempel di bahu lelaki. Mungkin mereka sedang membicarakan masa depan, atau akan berbulan madu. Bibir si Lelaki menempel di rambut di Perempuan. Mungkin dia sedang membisikkan sesuatu. Sementara tangan laki-laki muda tanggung itu menyisip di antara baju si Perempuan. Ah, mungkin saja Ia ingin mencari sesuatu di dalamnya. Mungkin saja.

Aku, yang sedang duduk di atas bebatuan menghadap laut, tidak peduli. Tapi, rasanya dari tempat yang sama, Si Orang Gila berlari-lari ke arah tenda-tenda itu sambil mengacung-acungkan tangan kirinya.

Kalian. Kalian, hantu-hantu itu. Aku tahu. Aku dapat merasakannya.”

Kalian sedang menyamar. Aku tahu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun