"Aku tahu," kata Amara, suaranya lembut tetapi penuh tekad. "Aku tahu bahwa ketakutan dan kelemahan adalah bagian dari diriku. Tapi aku juga tahu bahwa keberanian adalah bagian dari diriku. Aku tidak akan pernah membiarkan ketakutan menguasai hidupku."
Bayangan di cermin itu berubah, dari senyum dingin menjadi senyum yang hangat dan penuh pengertian. Amara merasa dadanya lebih ringan, seolah-olah beban yang selama ini menekan dirinya perlahan menghilang. Ia sadar bahwa menerima kelemahannya adalah langkah pertama untuk mengatasinya.
Ketika pagi tiba, Amara merasa lebih kuat dari sebelumnya. Ia kembali bergabung dengan teman-temannya, dan mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat terakhir di mana bayangan gelap dipercaya berada di Benteng Malus, sebuah benteng tua yang terletak di puncak gunung tertinggi di dunia cermin.
Benteng Malus adalah tempat yang suram dan penuh kegelapan. Dinding-dindingnya terbuat dari batu hitam yang memancarkan aura dingin, dan langit di atasnya selalu tertutup awan gelap yang tidak pernah hilang. Ketika mereka mendekati gerbang benteng, Amara bisa merasakan kehadiran bayangan gelap yang begitu kuat, hampir seperti jantungnya sendiri berdetak lebih cepat dengan setiap langkah yang diambilnya.
Mereka memasuki benteng dengan hati-hati, siap untuk menghadapi apa pun yang ada di dalamnya. Namun, di dalam benteng itu, mereka tidak menemukan pasukan bayangan seperti yang mereka duga. Sebaliknya, mereka hanya menemukan satu makhluk sesosok bayangan besar yang berdiri di tengah aula utama, dengan mata merah yang bersinar di balik kegelapan.
Makhluk itu tertawa pelan ketika melihat Amara dan teman-temannya. "Kalian semua datang jauh-jauh ke sini hanya untuk mati?" suaranya bergema di seluruh ruangan.
Amara menggenggam cermin kecilnya erat-erat, merasakan gemetar di tangannya. Tapi ia tahu bahwa ini adalah saat yang menentukan. "Kami tidak datang untuk mati," katanya, suaranya tegas meskipun ketakutan mengintai di dalam dirinya. "Kami datang untuk mengakhiri segala kegelapan yang kau bawa."
Bayangan besar itu mendekat, tetapi sebelum ia bisa menyerang, Amara mengangkat cermin kecilnya, memantulkan cahaya yang datang dari luar benteng. Cahaya itu memantul ke arah bayangan besar, yang langsung mengerang kesakitan. Amara menyadari bahwa kegelapan hanya bisa dikalahkan oleh cahaya bukan hanya cahaya fisik, tetapi cahaya keberanian, harapan, dan cinta.
Dengan kekuatan baru yang ditemukan, Amara dan teman-temannya melawan bayangan besar itu. Setiap kali bayangan itu menyerang, mereka melawan dengan tekad yang lebih kuat. Akhirnya, setelah pertempuran yang panjang dan melelahkan, bayangan besar itu mulai memudar, berubah menjadi kabut yang perlahan-lahan menghilang.
Ketika bayangan terakhir lenyap, Benteng Malus mulai runtuh, tetapi cahaya kembali ke dunia cermin. Langit yang gelap perlahan berubah menjadi cerah, dan dunia cermin kembali ke keindahannya yang asli. Amara dan teman-temannya berhasil mengalahkan bayangan gelap dan mengembalikan kedamaian ke dunia cermin.
Ratu Seraphina menyambut mereka kembali di istana dengan penuh kebanggaan. "Kalian semua telah menyelamatkan dunia ini," katanya, tersenyum lembut. "Amara, keberanianmu telah mampu menunjukkan bahwa meskipun bayangan gelap selalu ada di dalam diri kita, kita dapat memiliki kekuatan untuk mengatasinya."