Setelah kembali dari lembah tersembunyi, Maya dan timnya melanjutkan eksplorasi planet itu, mencari tahu lebih banyak tentang peradaban yang lenyap dan misteri yang masih mengelilinginya. Mereka menemukan situs-situs arkeologi lainnya, yang mengungkapkan lebih banyak tentang kehidupan dan kebudayaan yang pernah ada di sana.
Namun, semakin dalam mereka menjelajahi planet itu, semakin jelas bagi Maya bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Dia merasa seperti mereka selalu diawasi, bahkan di tempat-tempat yang seharusnya kosong.
Pada suatu malam, ketika mereka sedang berkemah di tepi sungai, Marcus mengungkapkan kekhawatirannya kepada Maya. "Kapten, saya tidak yakin kita sendirian di sini. Saya merasa seperti ada yang mengintai kita."
Maya mengangguk, merasakan ketegangan yang sama. "Kita harus tetap waspada. Tidak ada yang boleh dianggap enteng di planet ini."
Keesokan paginya, ketika mereka sedang melakukan survei di dataran luas, mereka diserang oleh sekelompok makhluk yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Makhluk-makhluk itu kecil dan gesit, dengan sayap-sayap yang memancarkan cahaya menyilaukan.
"Mereka menyerang!" teriak Emily, melompat menghindari serangan makhluk-makhluk itu.
Maya dan timnya berusaha mempertahankan diri, tetapi mereka terlalu banyak. Mereka akhirnya terdesak ke tepi jurang, dengan makhluk-makhluk itu semakin mendekati.
Tiba-tiba, dari kejauhan, sebuah suara bergema di udara. Sebuah kapal ruang angkasa muncul di langit, menembakkan laser ke arah makhluk-makhluk itu dan mengusir mereka.
Kapal itu mendarat di dekat Maya dan timnya, dan dari dalamnya keluar seorang pria tinggi bertubuh kekar dengan seragam yang tidak dikenal.
"Dia adalah bagian dari mereka yang mengintai kita," kata Marcus, menunjuk pria itu.
Pria itu tersenyum sinis. "Selamat datang di Planet Terlarang, Kapten Carter. Saya adalah Agaroth, pemimpin dari ras yang tinggal di sini. Dan saya memiliki rencana besar untuk Anda dan kapal Anda."