Langit berwarna merah menyala di atas kepala Kapten Maya Carter ketika dia melangkah keluar dari kapal ruang angkasa yang telah mendarat di permukaan Planet Proxima-9. Angin kencang berhembus, membawa aroma yang tidak dikenal dan membuat rambut pirangnya berkibar. Dia menarik napas dalam-dalam, merasakan campuran gas yang berbeda di atmosfer planet itu. Akhirnya, setelah bertahun-tahun persiapan dan penantian, misi eksplorasi ke planet yang belum pernah terjamah ini telah dimulai.
Maya menoleh ke arah timnya, yang sedang sibuk mempersiapkan peralatan dan memeriksa instrumen. Di antara mereka adalah Dr. Marcus Li, seorang ahli geologi yang berpengalaman, dan Dr. Emily Singh, seorang ahli teknologi yang brilian.
"Semua siap, Kapten," kata Marcus, tersenyum antusias.
Maya mengangguk. "Baiklah, kita mulai dengan survei wilayah sekitar ini. Kita harus mencari tahu apa yang kita hadapi di sini."
Mereka bergerak maju, menjelajahi tanah yang berwarna ungu dan pohon-pohon besar yang tidak mereka kenal. Matahari terbenam di horizon, menciptakan bayangan-bayangan yang menakutkan di antara pepohonan yang menjulang tinggi.
"Tidak seperti apa pun yang pernah saya lihat sebelumnya," kata Emily, memeriksa sensor yang dia bawa.
"Benar-benar menakjubkan," tambah Marcus. "Tapi kita harus tetap fokus pada tujuan misi kita."
Mereka melanjutkan perjalanan mereka, menelusuri sungai yang mengalir perlahan di antara pepohonan. Cahaya merah dari langit malam memantulkan diri di permukaan air, menciptakan pantulan yang indah.
Tiba-tiba, Emily berhenti dan menunjuk ke arah yang berlawanan. "Ada sesuatu di sana," katanya.
Maya dan Marcus bergerak mendekat untuk melihat. Di kejauhan, mereka melihat siluet yang besar dan berkilauan. Ketika mereka mendekat, mereka melihat bahwa itu adalah bunga raksasa yang menerangi hutan dengan cahaya berwarna-warni.