Setelah mengucapkan selamat tinggal, dia pun pulang di bawah rintik hujan yang masih turun. Saya pun kembali ke kamar, membersihkan diri dan langsung tidur.
Keesokan harinya kami sarapan di hotel karena memang disediakan sarapan. Wah sarapannya cukup bervariasi. Walaupun hotelnya tidak begitu bagus tapi mereka mencoba untuk menyajikan sarapan yang bervariatif. Lumayan.
Setelah sarapan kami langsung pergi untuk menjelajah. Tujuan pertama kami adalah istana Gyeongbokgung. Kami naik subway dan berhenti di Gyeongbokgung station.
Saya sempat kagum karena sekarang di setasiun ada petunjuk dalam bahasa Indonesia/Melayu. Wah mungkin karena semakin banyak wisatawan dari kedua negara ini yang berkunjung ke Seoul maka mereka memasukkan bahasa Indonesia/Melayu. Ketika saya berkunjung ke sana pada tahun 2019, petunjuknya masih dalam bahasa Korea dan Inggris saja.Â
Tiba di istana hari masih pagi dan belum banyak pengunjung. Kami bisa berfoto dengan leluasa. Nah teman saya kemudian ingin mengenakan Hanbok (baju tradisional Korea), jadi kami keluar dulu untuk mencari tempat penyewaan hanbok.Â
Sebenarnya saya enggan karena saya sudah pernah mencobanya ketika saya berkunjung ke sana sebelumnya. Ketika sudah di dekat tempat penyewaan dia mengurungkan niatnya dan mengatakan kalau dia akan mengenakannya ketika kami berkunjung ke Bukchon village setelah dari istana.
Yah... sudah kepalang berjalan jauh di bawah terik matahari, dengan berat hati terpaksalah saya menyewa Hanbok. Sudah kepalang sampai di tempat penyewaan.
Kami kembali lagi ke istana dan di sana sudah banyak pengunjung. Kalau saja tadi tidak menyewa Hanbok, mungkin kami sudah bisa berkeliling istana. Tapi sudahlah ... tak perlu disesali ... saya nikmati saja. Ketika 2019 saya ke istana ini pada sore hari dan menjelang tutup, saya tidak dapat melihat bagian-bagian istana tersebut.
Kali ini saya bisa berkeliling dan melihat-lihat kawasan istana itu secara lengkap. Rasanya seperti putri-putri atau dayang-dayang yang ada di film-film kerajaan Korea.