Tiga bulan berlatih, beberapa minggu grup kami mengajak grup mereka bertemu di mal, bukan untuk latihan, tapi untuk sekadar jalan-jalan. Bolehlah kalau dibilang itu alasan untuk pedekatenya si ketua grup dengan... Ah, nggak tahu dia mendekati siapa, sepertinya semua! Dia bisa akrab dengan semua penari Gending yang cantik-cantik itu. Kuharap dia tak mendekati Merika.
"Aduh, penitinya nyangkut, nih!" seru Merika, membuyarkan lamunanku. Ia nampak kewalahan melepaskan peniti yang nyangkut di hiasan kepalanya. Saat aku hendak menghampirinya seseorang berseru...
"Kenapa, Say?" kata orang itu dari belakangku. Deg! Suaranya tak asing lagi.
'Say? Merika dipanggilnya Say?' batinku. Lalu kulihat Dion menghampiri Merika.
"Ini, Say, penitinya nyangkut, nih!" kata Merika pada Dion.
"Eciye-ciye, yang baru jadian langsung panggil say-say!" seru beberapa orang penari Gending.
Apa? Mereka sudah jadian? Bagaimana mungkin aku tidak tahu! Seketika duniaku rasanya berputar. Kenapa aku bisa tidak tahu? Padahal Merika selalu membalas pesanku di BBM, dia juga mau diajak jalan-jalan. Oke, jalan-jalannya selalu bersama rombongan para penari, sih. Ah! Sungguh menyebalkan!
"Penari Ya Saman, harap bersiap-siap! Sesudah kata pembuka dari MC kalian tampil!" seru koordinator acara, menyela kehebohan para pengisi acara lantaran ada yang baru jadian.
Tak lama kemudian, grup Penari Ya Saman naik ke panggung.
Nyelik gelumbang perahu bidar di Sungi Musi
Janganlah lupo beli telok abang
Cantik rupo penyabar dan baek ati
Adek manis berambut panjang dikuncit kepang
Lika liku banyu Batanghari sembilan
Mengalir bemuaro di Sungi Musi jugo
Elok laku ngai si rupo cindo menawan
Buat kakak siang tekenang malam tejago