Mohon tunggu...
Gloria Fransisca
Gloria Fransisca Mohon Tunggu... Jurnalis - Writer

My name is Gloria Fransisca Katharina Lawi, I was born in Jakarta. Experienced in media service especially as writer, journalist, researcher, public relation, and social media content for almost 10 years in KONTAN and Bisnis Indonesia. Currently, I am doing my new role as Content Caretaker of political platfom, MOSI.ID.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Seorang Generasi Y dari Generasi Baby Boomers

24 April 2016   01:26 Diperbarui: 24 April 2016   01:44 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

3. Generasi Y (1980 - 2000)

Karakteristik masing-masing individu berbeda, tergantung dimana ia dibesarkan, strata ekonomi, dan sosial keluarganya
Pola komunikasinya sangat terbuka dibanding generasi-generasi sebelumnya
Pemakai media sosial yang fanatik dan kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi
Lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi, sehingga mereka terlihat sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya
Memiliki perhatian yang lebih terhadap ‘wealth’ atau kekayaan
Pada setiap tahap kehidupannya akan berbeda. Pada saat muda akan tergantung pada kerja sama kelompok. Pada saat dewasa akan berubah menjadi orang-orang yang akan lebih bersemangat ketika bekerja secara berkelompok terutama di saat-saat kritis. Pada saat paruh baya mereka akan sangat berenergi, berani mengambil keputusan dan kebanyakan mampu menjadi pemimpin yang kuat. Pada saat mereka tua akan menjadi sekelompok orang tua yang mampu memberi kontribusi dan kritikan terhadap masyarakat.

Singkat kata, ayah dan ibu saya adalah generasi baby boomer, sementara saya adalah generasi Y. Kebayang tentu perbedaan antara saya dengan kedua orangtua saya dalam bertindak dan berperilaku.

Ayah saya mungkin sakit karena usinya sudah tua. Tetapi ada cerita unik di balik sakitnya itu. 

Sebelum sakit, pagi-pagi benar ayah sudah berangkat. Saya bertanya, dia mau pergi kemana di hari libur akhir pekan, karena menurut saya ada baiknya beliau beristirahat saja. Ayah saya berkata, dia harus menghadiri acara pelantikan pengurus baru pada salah satu ormas yang digelutinya.

Saya hanya bisa geleng-geleng kepala. Saya yang di akhir pekan memutuskan dirumah saja untuk bebenah juga beristirahat (having a me time) tak habis pikir bagaimana melarang ayah saya. Wong, disuruh hidup sehat saja susah, dia keukeuh dengan aktivitasnya yang menurut saya porsinya sudah harus dikurang.

Sebagai generasi baby boomers sejati, ayah saya jelas memiliki banyak saudara, totalnya saja di kampung ayah adalah anak sulung dari 11 bersaudara. Ayah bisa aku deskripsikan sebagai sosok yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, punya semangat yang kalau dikata orang '45. Semangat yang berorientasi pada pencapaian kesuksesan perjuangan, khususnya perjuangan politis. Pengalaman hidupnya sangat banyak dari mulai jadi badut sampai jadi tukang cuci piring demi sesuap nasi. Buat ayah, kedisiplinan, terutama waktu adalah standar utama meraih kesuksesan. Tak heran jika dia hobi teriak kalau putri-putrinya terlampau lelet dan tidak disiplin.

Ayah pulang dari acara pelantikan pada malam hari, padahal beliau sudah berangkat dari jam 7 pagi. Ayah pulang semakin larut karena terjebak macet di jalan. Aku yang menunggunya pulang saja akhirnya tertidur duluan (generasi Y banget yang pragmatis). Keesokan harinya, ayah pun tak bisa ikut ke gereja karena asmanya kambuh dan ingin istirahat di rumah.

Dalam perjalanan ke gereja, Ibu berkata, ayah saya sakit karena kecapekkan. Itulah yang paling saya tidak paham, mengapa masih ngotot bekerja kalau sudah tak kuat. Lebih parahnya lagi Ibu saya berkomentar begini; "Ayah itu masih kuat, kalau kerja saja dia memang masih mau dan masih bisa, yang saya heran dia masih di usia begitu aktif organisasi."

Wah. Saya pun menepok jidat. Kalau soal ormas-ormas yang ayah geluti, saya tak bisa banyak bicara. Ayah saya sangat kokoh untuk hal itu. Idealisme dan Kedisiplinan berorganisasi harus berbanding lurus. Ibu membeberkan, ayah sangat marah kemarin saat menemui bakaln penerus organisasinya (yang mana itu adalah anak-anak generasi Y).

"Mereka bikin acara jam 12, taunya baru mulai jam 2. Molor dua jam. Ya kamu bayangkan saja, ayah datang dari pagi kan? Alasan dia menurut perhitungan waktu takut kena macet. Sampai di lokasi satu pun panitia tidak ada, belum ada persiapan apa-apa. Kosong melompong. Bapak tunggu berjam-jam sampai jam 12 baru batang hidung mereka muncul," jelas Ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun