Mohon tunggu...
Gita Yulia
Gita Yulia Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer | SEO Content Writer

I am a learning person who enjoys sharing reviews about phenomena that occur in the universe. Hopefully what is shared will bring blessings to me and be useful for many people.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fenomena Skinny Influencer di Media Sosial, Ketika Langsing adalah Harga Mati

16 Januari 2025   18:32 Diperbarui: 17 Januari 2025   16:36 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah era digital yang penuh dengan budaya visual, standar kecantikan terus berubah-ubah mengalami transformasi, seiring dengan perkembangan tren make up, fashion dan lain sebagainya. 

Namun satu hal yang tampaknya tak pernah berubah, yaitu obsesi memiliki tubuh yang ramping atau langsing, khususnya di kalangan perempuan. 

Bagaimana tidak, perempuan cenderung dibebani dengan standar "cakep" yang lebih tinggi daripada laki-laki. Terlebih di Indonesia yang seringkali standar cantiknya memiliki banyak indikator. 

Tetapi kenyataanya, standar "cantik" tersebut tidaklah muncul dari ketertarikan lawan jenis semata, melainkan dibangun dan terus dikonstruksikan oleh perempuan pula. 

Dan tak bisa dimungkiri, masih terdapat banyak perempuan yang mengikuti standar tersebut. Bahkan mati-matian melakukan apapun demi mempercantik dirinya. 

Walaupun sebenarnya tidak ada yang salah dengan dengan mempercanyik diri. Namun, fenomena skinny influencer ini menjadi wajah baru dari tekanan sosial.

Dalam hal ini, media sosial sebagai panggung utamanya. Di balik foto-foto sempurna dan video penuh motivasi tentang memiliki tubuh ramping, terkadang muncul berbagai perdebatan.

Tentang apakah fenomena ini benar-benar menginspirasi gaya hidup sehat, atau justru memupuk hubungan yang berbahaya dengan tubuh dan makanan, demi mengejar tubuh ramping itu. 

Awal Mula Istilah Skinny Influencer

Istilah skinny influencer merujuk pada konten kreator yang menginspirasi atau bahkan memengaruhi audiens untuk mengejar tubuh langsing sebagai standar ideal. 

Mereka sering berbagi rutinitas makan, tips diet, hingga pola olahraga yang terkadang terlihat ekstrem. 

Bagi sebagian orang, konten ini memberikan dorongan untuk memulai hidup sehat. Namun, bagi yang lain, ini bisa menjadi pintu menuju pola makan tidak sehat atau bahkan gangguan makan.  

Contoh terbaru datang dari Liv Schmidt, seorang kreator TikTok yang menjadi sorotan setelah akun utamanya dengan 670.000 pengikut dinonaktifkan karena dianggap melanggar pedoman komunitas. 

Liv dikenal dengan bio kontroversialnya, "Bukan dosa jika ingin kurus,"  yang langsung memicu perdebatan daring. 

Meskipun demikian, ia terus aktif di platform lain dan berkali-kali membuat akun barunya. Bahkan, ia tetap memiliki penggemar setia yang mendukung pesan-pesannya.  

Medsos Sebagai Wadah Aspirasi dan Tekanan

Dalam hal ini, media sosial memungkinkan skinny influencer menjangkau audiens yang sangat luas, terutama anak muda yang sedang mencari jati diri. 

Algoritma platform seperti TikTok atau Instagram cenderung memperkuat tren ini, mengarahkan pengguna ke konten serupa yang akhirnya menciptakan echo chamber budaya tubuh langsing.  

Namun, apa yang terlihat seperti inspirasi bagi sebagian orang bisa menjadi tekanan besar bagi yang lain. Generasi muda, khususnya remaja perempuan, sering kali merasa terjebak dalam standar yang tidak realistis ini. 

Dengan melihat tubuh sempurna setiap hari di layar ponsel mereka, muncul pertanyaan besar. Apakah kecantikan kini harus selalu diiringi pengorbanan fisik dan mental? Sehingga mereka mati-matian ingin menjadi langsing. 

Bahaya Fenomena Skinny Influencer

Namun, meskipun trending akhir-akhir ini, fenomena skinny influencer bukanlah hal baru. Di awal 2000-an, gerakan "pro-anorexia" (atau "pro-ana") sempat mendominasi internet, mempromosikan pola makan ekstrem yang berujung pada gangguan makan. 

Kini, pesan serupa hadir dengan kemasan lebih halus, yaitu dengan narasi self-discipline (mendisiplinkan diri), healthy living (hidup sehat), dan self-love (mencintai diri sendiri). 

Menurut Kathleen Someah, seorang psikolog spesialis gangguan makan, pendekatan ini lebih sulit dikenali tetapi sama berbahayanya. 

"Pesan seperti ini mengaburkan batas antara hidup sehat dan tekanan sosial untuk mencapai standar tubuh tertentu," ujarnya. 

Selain itu, para ahli juga menyoroti bahwa audiens muda, atau usia sekitar remaja dan dewasa awal, ebih rentan terhadap pengaruh semacam ini. 

Skinny Influencer Berlawanan dengan Body Positivity

Di era di mana body positivity mulai mendapat panggung, fenomena skinny influencer tampaknya justru bertolak belakang dengan nilai gerakan ini. 

Body positivity menekankan penerimaan tubuh dalam segala bentuk dan ukuran, namun narasi yang dibawa skinny influencer sering kali mengarah pada pengejaran tubuh ideal semata.  

Sebagian orang berpendapat bahwa fenomena ini menciptakan ketegangan baru dalam budaya kecantikan. 

Di satu sisi, ada dorongan untuk menerima tubuh apa adanya. Di sisi lain, media sosial terus-menerus menyuguhkan citra tubuh langsing yang dianggap lebih baik, lebih cantik, dan lebih diterima.  

Lantas, Apa yang Bisa Dilakukan?

Untuk melawan dampak negatif dari fenomena ini, literasi digital menjadi kunci utama. Audiens perlu belajar memilah konten yang bermanfaat dan memahami bahwa standar kecantikan yang dipromosikan media sosial tidak selalu mencerminkan realitas. 

Selain itu, platform media sosial juga harus mengambil langkah tegas dalam memoderasi konten yang berpotensi merusak kesehatan mental penggunanya.  

Di sisi lain, penting bagi kreator konten untuk menyadari tanggung jawab sosial mereka.

Alih-alih mempromosikan standar tubuh tertentu, mereka dapat mengedukasi audiens tentang pentingnya kesehatan secara holistik, baik fisik maupun mental.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun