Mendiktisaintek, Satryo Soemantri Brodjonegoro pernah memberikan pernyataan bahwa para penerima beasiswa Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) tidak harus kembali ke Indonesia.
Sementara itu, Mendikdasmen Abdul Muti menyampaikan bahwa para talenta muda tanah air yang berada di luar negeri diharapkan kembali ke Indonesia dan berkontribusi membangun tanah air.Â
Terlepas dari apapun motif dari pernyataan tersebut, para penerima beasiswa di luar negeri atau talenta muda tersebut tergolong aset bangsa yang bilamana hilang, tentu menyuburkan fenomena brain drain ini.Â
Walaupun tentu keputusan merantau atau menetap di luar negeri tak selalu soal kurang cinta tanah air. Bahkan, ada yang ingin kembali dengan kontribusi lebih besar. Namun faktanya, banyak yang tergoda tawaran negara maju dan melupakan tanah air.Â
Penelitian Jurnal DPR RI mencatat, banyak penerima beasiswa luar negeri akhirnya memilih menetap di sana. Alasannya beragam, mulai dari bakat yang lebih dihargai, insentif layak, fasilitas memadai, dan dukungan riset yang kuat dibandingkan di negeri sendiri.Â
Di Indonesia, lapangan kerja sempit, kualitas pendidikan yang masih rendah, nepotisme merajalela, hukum yang masih tajam ke bawah tapi tumpul ke atas serta perputaran ekonomi yang tidak stabil.
Tak heran, banyak yang memilih melanjutkan pendidikan di luar negeri bahkan berkarier di sana, seperti halnya tagar di media sosial yang sempat ngetren "KaburAjaDulu," Sebuah fenomena yang menggambarkan kondisi yang sangat memprihatinkan.Â
Di sisi lain, bicara soal brain drain, banyak pihak di dalam negeri yang justru terjebak dalam crab mentality atau rasa iri terhadap orang-orang yang berhasil dan menetap di luar negeri.Â
Sehingga muncul stigma bahwa para perantau yang berbakat tersebut terkesan sebagai penghianat bangsa dan cenderung "tidak nasionalis." Terlebih jika sebelumnya menempuh pendidikan dengan biaya dari pemerintah.Â
Dalam hal ini, antara cinta tanah air dan crab mentality terkesan sedikit tipis perbedaannya. Namun, berangkat dari apapun motifnya, jika hanya menjadi perdebatan medsos, tanpa adanya ketegasan dan perbaikan sistem, tentunya akan menyuburkan fenomena brain drain.Â
Dampak Brain Drain