Pesan ini menunjukkan betapa pentingnya adaptasi dalam pola asuh, yang sering kali diabaikan.
Menurut berbagai sumber, Gen Z sebagai generasi muda yang mendominasi saat ini, lebih melek soal parenting, mereka cenderung menjadi orang tua yang fleksibel dan menyenangkan.
Informasi yang melimpah dan hadirnya parentsfluencers, rupanya membantu mereka memahami konsep parenting yang ideal itu seperti apa dan bagaimana.
Kini, akses ke ribuan sumber parenting melalui media sosial menjadi semakin luas. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook menjadi tempat belajar sekaligus komunitas untuk berbagi pengalaman parenting.
Sayangnya, tidak semua orang tua sadar dan beradaptasi, justru beberapa mungkin masih bersikukuh menerapkan parenting lama tanpa melihat efektivitas dan dampaknya.Â
Namun, pengetahuan saja tidak cukup, terkadang kritik terhadap parenting lebih keras bila mana belum terjun langsung bagaimana praktik dan struggle-nya menerapkan pola parenting yang baik.Â
Apa yang cocok dan tidak cocok menurut teori parenting modern, hanya akses ilmunya saja yang saat ini dipermudah, namun dalam menerapkannya tentu tidak semudah ketika mengkritik parenting orang lain.Â
Memutus Rantai Toxic Parenting
Belakangan ini juga sering kali terdengar, maraknya fenomena waithood (menunda menikah) atau bahkan child free (berencana tidak memiliki anak) yang salah satunya dipicu oleh toxic parenting.Â
Adanya luka inner child yang mendalam, membuat seseorang memiliki pandangan yang buruk tentang pernikahan dan memiliki anak.Â
Bahkan, pernikahan menjadi sesuatu yang menyeramkan karena khawatir apa yang dialaminya akan terulang kembali pada keturunannya.Â