Mohon tunggu...
Gita Yulia
Gita Yulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

I am a student of Journalistic Communication Studies, I actively read and share writing on several online media sites, both in the form of light articles, short stories, poetry and short opinions related to actual interesting issues. The reason I joined Kompasiana was because I was interested in the various features available to spread kindness to the public

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Terjebak Feeling Lonely? Ini 5 Faktor yang Sering Kamu Abaikan

10 Oktober 2024   11:16 Diperbarui: 10 Oktober 2024   11:52 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern ini, media sosial menjadi jembatan penghubung antar manusia yang begitu mudah diakses. Namun, di balik segala manfaatnya, media sosial juga menyimpan bahaya tersembunyi, salah satunya adalah perasaan kesepian yang semakin meningkat.

Ironisnya, meskipun media sosial diciptakan untuk mendekatkan kita, ternyata ia justru sering kali membuat kita merasa semakin terasing.

Penelitian dari American Journal of Preventive Medicine tahun 2017 mengungkapkan bahwa orang yang menghabiskan lebih dari dua jam sehari di media sosial, dua kali lebih mungkin mengalami isolasi sosial dibandingkan dengan mereka yang jarang menggunakannya.

Interaksi di media sosial cenderung dangkal dan kurang memuaskan secara emosional. Meskipun secara teknis kita "terhubung" dengan orang lain, sering kali hubungan tersebut tidak memberikan kedalaman yang dibutuhkan untuk merasa benar-benar dekat dan dipahami.

Di sisi lain, media sosial juga sering memproyeksikan gambaran kehidupan sempurna orang lain. Melalui feed dan stories misalnya, kita disuguhkan pencapaian, liburan, dan momen-momen bahagia yang mungkin hanya merupakan sebagian kecil dari realitas hidup mereka. 

Ketidakseimbangan ini membuat kita membandingkan diri sendiri dengan apa yang kita lihat. Kita mulai meragukan apakah hidup kita cukup berarti atau seindah yang ditampilkan oleh orang lain di dunia maya. 

Ini mengarah pada fenomena yang disebut "fear of missing out" (FOMO), di mana kita merasa tertinggal dari orang lain, meskipun kenyataannya kehidupan yang kita lihat di layar hanyalah versi ideal yang dikurasi. 

Studi dari Computers in Human Behavior tahun 2019 menunjukkan bahwa semakin seseorang merasakan FOMO, semakin besar pula tingkat kecemasan dan kesepiannya. 

Ini menjadi siklus yang berulang, di mana semakin sering kita menggunakan media sosial untuk mencari validasi, semakin kita merasa tidak terhubung secara emosional dengan dunia nyata.

Kamu Kurang Produktif, Jadi Gampang Merasa Sepi

Saat hidup terasa monoton dan kamu nggak banyak kegiatan, kesepian biasanya datang. Kurang produktif bikin kita nggak punya banyak hal untuk diceritakan atau dibagikan, dan pada akhirnya, bikin kita merasa disconnected dari orang-orang sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun