Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengalaman Sakit di RS Jerman

3 Oktober 2016   03:31 Diperbarui: 3 Oktober 2016   16:39 1776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tiba-tiba saya merasakan sakit kepala yang hebat , berdenyut-denyut pusing dan badan terasa capek sekali . Padahal tidak biasanya saya menderita sakit kepala seperti ini. Memang kemarin itu kepala sempat kejedot tangga rumah dan saya berpikir pasti sakit kepala gara-gara itu, tetapi aneh biasanya kalau kejedot kemudian kita berikan salep memar dan di pijat lembut aka nmeredakan sakit tersebut. Tetapi tidak untuk sakit kepala kali ini, sakit ini berlanjut sampai di hari ke 3. 

Hari keempat saya melihat ada gelembung-gelembung kecil-kecil di dahi kiri dan berair ! . Wah saya kaget pasti ini bukan hal normal , apalagi mata kiri saya serasa kabur-kabur pandangannya. Minggu  sore saya dan teman-teman sempat bertemu dan Grillen ( bakar-bakaran ) di kebun belakang rumah saya,malam setelah saya membereskan barang-barang di kebun , kepala serasaberat dan mata semakin sakit serasa ada binatang kecil yang merayap-rayap di dalamnya dan pandangan mata juga kabur. Segera saya minta suami mengantarkan ke NOTFALL ( Unit gawat darurat ), jam menunjukkan 11 malam !.

Ngebut dan 5 Menit sampai juga di RS terdekat namanya KLINIKUM MAGDEBURG, bangunan RS tampak modern ,besar , sepi dan lenggang , angin kencang serasa menusuk badan , saya capek sekali ingin tidur rasanya dan membayangkan kasur empuk dan hangat di rumah. Suami saya sudah ngomel-ngomel karena malam-malam menyuruhnya mengantar ke RS . Mengapa tidak besok pagi saja katanya, dia tidak tahu rasa sakit di kepalaku. Huh dasar laki-laki pikir saya. Dia tidak tahu apa yang saya rasakan , dia hanya tahu saya sakit kepala . Pasti itu jalan pikirannya. Tetapi saya cuek saja. Selama ini saya selalu membiasakan hidup sehat , berpikir sehat secara mental dan fisik saya juga merasa sehat , jadi kalau ada sesuatu yang aneh di badan, saya merasa pasti ada sesuatu yang tidak beres dan harus cepat-cepat di atasi.

Menunggu di depan counter RS ini hampir setengah jam , saya semakin tidak sabar . Sampai akhirnya Dokter jaga menemui saya dan melihat keadaan dahi dan mata saya yang kemerahan . 

“Anda terserang virus Herpes Keratis“ katanya walaupun hanya dengan melihat saja tanpa melakukan apa-apa.

“Dan maaf kami tidak punya specialis mata disini , anda harus ke UNIKLINIK yang lengkap”

What?. RS kok tidak mempunyai spesialis mata RS apa ini. Emangnya ini Poliklinik di pedalaman Kalimantan atau Sumatera apa ? Tanya saya rada sewot. Dokter jaga itu tertawa mendengar komentar saya. Dan hanya bilang maaf sambil mempersilahkan saya dan suami untuk ke RS tersebut di atas.

Hampir jam 12 malam , suami tambah ngomel lagi karena harus menyetir lagi ke lain RS. Untungnya ini bukan Jakarta yang macet dan berisik, Ini Magdeburg yang hijau , sep idan penduduknya 250 Ribu orang saja . Dan10 menit kemudian kami sudah sampai di UNIKLINIK. RS ini besar sekali dengan bangunan terpencar-pencar , setiap Department dan specialis berdiri sendiri. Udara semakin dingin , saya menggigil ternyata coat saya masih belum cukup melindungi rasa dingin itu. Kami pencet bel di Gawat darurat dan diarahkan ke gedung di sampingnya di bagian spesialis mata.

Malam dan gelap , lampu penerangan minim sekali, pohon-pohon besar tampak menyeramkan , saya ngeri membayangkan cerita waktu kecil , bagaimana kalau tiba-tiba diamuncul di hadapan saya dengan rambut terurai , lidah menjulur , suara menakutkan dan ...bla..bla.... membayangkan itu  tangan suami kugenggam erat-erat , erat sekali. 

Hanya saya pasien malam ini , saya menunggu sebentar untuk menjawab pertanyaan Resepsionis sambil memberikan kartu asuransi saya . Di Jerman hal pertama kalau anda ke Dokter atau RS yang ditanyakan Resepsionis adalah kartu asuransi anda.. Kemudian dia mengetik pernyataan saya, riwayat kesehatan dan apa yang saya lakukan seminggu sebelumnya dll.

Menunggu Dokter spesialis mata, saya tidak habis mengerti kata Dokter di RS pertama tadi saya terserang virus Herpes di dahi dan mata kiri , sekarang saya ada di hadapan Dokter mata , mengapa penangannya satu-satu ya?. 

Saya menjadi tahu kalau di Jerman orang-orang itu menangani masalah secara detail dan runut diurai satu persatu. Pertama saya harus mendapatkan rekomendasi surat dari Dokter spesialis mata dulu , setelah itu saya harus ke gedung di sebelah lagi di Unit khusus Spesialis kulit.

“Sepertinya anda stress ya?” kata Dokter mata itu.

“Iya benar “ tambah suami saya.

“Istri saya baru pulang dari Singapur dan Indonesia selama 6 minggu , dia stress di sana” tambah suami saya lagi.

Saya melotot pada suami , “saya tidak stress pulang kampung tahu. Saya stress di pesawat saja !”

 Lama dan takut di pesawat timpal saya ke Dokter mata itu.

“Ok , ya itu bisa jadi alasan juga mengapa anda terserang virus herpes, karena anda stress di pesawat dan kecapaian  serta kurang sehat“, jawabnya sambil tersenyum.

Saya langsung diam dan meminta obat untuk mata yang semakin kabur penglihatannya. 

Dokter itu memberikan resep dan menyuruh suami untuk menebusnya di Apotik. 

“Dimana apotiknya tanyaku? “, Dia segera memberikan nama dan alamat apotik-apotik 24 jam .

Saya langsung heran. 

“Apa? Di RS sebesar ini tidak ada apotiknya?” kataku pada suami.

 Saya geleng-geleng tidak habis mengerti sistem disini, kepala semakin berdenyut-denyut , mata semakin kabur , saya pengin nangis tetapi tidak bisa. Saya anti menangis kalau ada masalah seperti ini. Yang ada dikepala malah seribu satu pertanyaan, mengapa sistemnya aneh begini? , mengapa tidak ada apotik di RS? Mengapa tiap Departement berpencar-pencar , mengapa tidak langsung di tangani saja sekalian supaya saya tidak jalan kesana-kemari malam-malam buta begini?. Mengapa, dan mengapa saja isi kepala saya malam itu.

Saya ingat betapa pasien di RS di Singapore itu sangat dimanjakan , semua fasilitas full disana , dari kantin , apotik, cafe,  bahkan kita bisa shopping tanpa  meninggalkan area RS tersebut. Dijamin anda tidak akan kepanasan , kelaparan dan kedinginan di sana . Saya langsung pasrah sadar saya tidak di Singapore lagi.

“Kamu tahu nggak Jerman kita kurang modal , kalau RS di Singapore kaya raya kelebihan modal” begitu jawab suami .

Sudahlah saya ngalah saja tidak mau debat di malam-malam dingin , sepi nan mencekam ini. Apalagi kita mesti keluar dari gedung spesialis mata dan melewati pohon-pohon tinggi dan menyeramkan . Dahannya seperti melambai-lambai kepadaku. 

Jam sudah menunjukkan hampir pukul satu pagi. Saya genggam tangan suami erat-erat sambil memejamkan mata  , ingat kebiasaan waktu kecil kalau sedang galau dan takut. 

“Cepat sedikit jalannya “ kata suami , dia tidak tahu saya berjalan sambil menutup mata!.

Gedung khusus spesialis kulit itu tampak megah dan berwarna putih , adalah bangunan tua jaman dulu. Kami kesulitan mencari pintu masuknya. Ternyata lift tidak berfungsi di luar jam kerja, kami harus melalui pintu utama dan menaiki taangga sampai lantai ke 3 . Bangunan tua yang megah bercat putih dengan pintu-pintu dan jendela besar.

Dokter kulit yang ramah segera menangani saya dan meminta saya mondok hari itu juga. Tetapi dengan ramah saya jawab , anak saya si kecil baru berumur 9 tahun dan sendirian di rumah , jadi saya harus meminta ijin dia karena saya tidak mau dia nanti kehilangan saya tanpa  meminta ijin dulu. Jadi intinya saya mohon mondoknya  diundur besok pagi saja. Akhirnya saya diijinkan untuk kembali lagi besok paginya.

Keluar dari RS ini , kami harus menebus obat mata di apotik. Apotik 24 jam yang pintunya sudah tutup semua , hanya menyisakan sedikit lobang untuk berkomunikasi antara customer dan pegawai apotik yang melayani . Kita memencet bel apotik tersebut, kemudian lobang kecil seperti jendela terbuka , dengan lobang ini si pegawai apotik mengambil resep dan mengeluarkan obat. 

Sampai di rumah jam menunjukkan kira-kira pukul 2 pagi . Saya tetesi mata dengan salep tersebut dan segera tidur , betapa capeknya saya malam ini. 

Pagi-pagi seperti biasa jam 6.30 sayabangun dan segera menyiapkan sarapan untuk si kecil sambil menyampaikan berita kalau saya mesti mondok di RS kurang lebih seminggu. Anak saya yang sangat baik dan lucu ini malah menyemangati saya dan bilang “ saya baik-baik saja mom , you take care yourself ok , you can do it” katanya lagi.

Nah kalau situasi seperti beginian biasanya saya langsung meleleh, betapa independennya anak saya ini!.

“Saya bisa masak pizza sendiri dan membikin smothie sendiri , jangan kawatir mama” katanya lagi.

Oke kamu hebat Ray! Saya mengharga ikemandirian anak  itu.

Jam 9 pagi suami mengantarkanku ke RS UNIKLINIK. Membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk membereskan urusan administrasi dll. Perawat wanita yang tinggi besar itu membawakan tas besar saya dan mengantarkan sampai ke kamar. Kamar untuk satu orang dengan TV , wastafel dan lemari. Sedangkan toilet ada di luar kamar. Kulihat jendela kamar besar sekali dengan pohon-pohon besar di bawahnya....aduuuh pohon besar lagi di sebelah kamar saya . Padahal saya ingin sekali dikamar ini beramai-ramai dengan pasien lain karena saya penakut sekali!.

Sejam kemudian suami saya sudah datang sambil menggenggam tangan saya .

“Liebling tut mir leid, maafkan aku tadi malam ya, telah ngomel-ngomel ke kamu, Saya baru tahu kamu begitu kesakitann dan menderita setelah pagi ini melihat wajahmu bengkak” 

“Hah bengkak “? tanya saya 

Saya langsung mengaca  dan memang wajah saya di bagian kiri bengkak , tiba-tiba saja banyak gelembung kecil dan berair di dahi saya. 

Aduh kenapa ini? Tanya saya ke dokteryang mengunjungiku. 

“ Anda kena virus herpes keratitis, virus ini yang juga menyerang cacar air “ 

Entahlah apa benar daya tangkap saya ketika Dokter Jerman itu menerangkan di depanku . Tetapi saya langsung berpikir kalau cacar air berarti wajah saya nanti bopeng dan berbekas hitam-hitam , bagaimana ini saya tidak mau !.

Saya harus menelan 2 jenis obat yang berbeda 3 x sehari serta salep mata 5 x sehari. Pagi sekali jam 6.70 sarapan sudah tersedia , tetapi masing-masing pasien harus mengambil sendiri-sendiri di luar dan makan di ruangan yang di sediakan , kitadi larang untuk makan di kamar kecuali pasien yang tidak bisa berjalan. 

Saya ingat sewaktu sakit di RS Singapore , walaupun anda di kelas 4 yang paling murah pun tarif kelasnya, makanan akan dibawakan  ke kamar anda dan sore hari sebelum makan malam anda akan disuguhkan snack atau makanan kecil. Tetapi disini di Magdeburg saya menunggu snack yang tidak pernah datang.

Hari pertama saya sangat tersiksa dan kelaparan. Pagi hanya disediakan  roti sebiji plus kopi atau teh .Tetapi saya ini mempunyai selera kampung , walaupun hidup lama di Luar negeri saya tidak bisa makan makanan barat apalagi roti jerman yang namanya Brötchen. 

Tiap pagi seorang perempuan Jerman sambil membawa Ipad akan mendatangi pasien satu demi satu , kamar demi kamar dan membawakan menu yang bisa dipesan , atau menu on theday dan penggantinya.

Saya meminta kepadanya , roti Brötchen di ganti roti tawar putih biasa . 

Paginya saya mengira akan diberi setangkup atau 2 biji roti tawar ternyata hanya satu!. Sparen (hemat) pun diterapkan di acara makan pagi. Saya tersenyum getir , tidak ada buah atau sayuran segar untuk menceriakan hari-hari saya selanjutnya disini.

Makan siang menurutku sudah lumayan ,saya selalu memilih menu tanpa daging babi. Dan pilihannya adalah ,makaroni sup , atau kentang dengan perkedel, spagheti atau kentangdengan sayuran. Makan malam? Saya pun tidak bisa memakan makan malamala Jerman , yaitu Vollkornlbröt atau Roti keras berwarna coklat diolesi mentega dan salami . Pilihannya roti tawar biasa satu biji dengan mentega dan selai karena memang itu adanya.

Hari ke dua saya menyuruh suami belanja sayuran segar dan buah-buahan. Saya juga dikunjungi dua oranglangganan SPA saya yang sudah menjadi teman baik , mereka membawakanmakanan Asia , Frau Marion membawakan Mie sup  dimasukkanke dalam mangkuk Tupperware besar dan di bungkus alumunium foil supaya tahan panasnya. Dia seorang guru sekolah SMP yang ramah dan selalu ceria. Dengan sepedanya dia menjenguk saya dua kali sambil membawakan makanan tadi dan biji goji berry pesanan saya, samen seed serta makanan sehat lainnya. 

Teman saya satunya lagi namanya Kristina, dengan dia saya lancar berkomunikasi karena Kristina sangat bagus sekali bahasa Inggrisnya, kami bicara ngalor ngidul di halaman RS sampai menjelang waktu makan  malam. Dengan Kristina saya dibawakan nasi goreng dan lumpia goreng.

Tiap hari saya dikunjungi Direktur Rumah sakit bagian Kulit beserta student nya yang sedang belajar. Direktur RS ini selalu menanyakan keadaan saya dan selalu support saya sambil menepuk-nepuk pundak saya .

“Jangan stress lagi ya” katanya.Penyakit ini hanya menyerang orang stress. Saya tersenyum dengancandaannya , entahlah senyum getir atau senyum sedih.

Kulihat salah satu studennya bersembunyi di antara studen-studen lainnya, dia nampak tidak nyamandi kamar saya. Kemarin dia sempat membentak saya , karena sayabertanya menu apa ini apakah daging babi? Tanyaku padanya. Tetapi dia menjawab pertanyaanku dengan ketus dan agak kasar kalau boleh dibilang sangat rude sekali.

“Saya bukan perawat! Kamu complain melulu!

Saya kesal waktu itu karena hanya bertanya dan di jawab sangat rude dan ketus . 

“Saya hanya bertanya kepada anda apalagi saya sudah pesan menunya kemarin, ternyata yang datang dihadapan saya makanan lain , apakah saya tidak boleh bertanya” jawab saya. 

 Akhirnya hari itu saya kelaparan tidak makan malam karena saya lihat ada selapis daging di menu yang salah tersebut. Tidak ada kata maaf dari pihak dapur apalagi dari Dokter student itu. Dan malam itu saya cukup minum teh yang di sediakan RS.

Sehari dua kali tiap pagi dan malam saya diinfus ditambah cairan oleh perawat dan harus meneteskan salep sendiri ke mata saya 5 x sehari serta menjadwalkan sendiri obat ygharus saya minum. Perawat hanya memberikan tempat berisi obat dan akan memberikan kepada saya tiap pagi di waktu sarapan.

Pertama saya heran karena sakit pun anda mesti mandiri di Jerman! .

Dari Makan minum , meneteskan salep mata dan menjadwalkan sendiri dan mengingat sendiri obat yang harus diminum. Jadi perawat yang menangani saya bekerja hanya untuk menyuntik dan memberikan infus cairan. Ada perawat yang ramah sekali selalu tersenyum setiap pagi , tetapi kebanyakannya mereka jarang tersenyum dan kalau boleh menilai mereka rada ketus , saya sebenarnya biasa saja dan tidak mengharapkan perhatian yang lebih . Jadi kalau cairan infus saya tidak lancar menetesnya dan sering kali terhenti , saya akan memencet bel dengan rasa tidak enak hati juga karena keketusannya perawat-perawat tersebut. 

Karena pernah sekali saya memencet  bel  pemanggil dan Perawat itu dengan ketus mengatakan bahwa lengan saya tidak boleh bergerak-gerak jadi cairan akan terus menetes. 

Saya senyum kecut saja , kalau lengan tidak boleh gerak bukannya pegel dan kebas ? .

Sejak itu saya saya selalu melihat kalau perawat ini yang datang saya langsung sedih. Galak banget!

Untungnya hari ke 7 saya sudah boleh pulang walau  wajah masih bengkak dan gelembung masih ada tetapi sudah berkurang. Sebelum pulang saya diingatkan dan harus membayar RS 70€ .

“Loh kok bayar? Bukankah asuransi sudah membayarkan semua tagihan RS?  tanya saya.

Ternyata RS mematok harga 10€ perhari dan mesti dibayarkan cash walaupun kita sudah tercover asuransi. Tetapi terus terang saya masih bingung juga peraturan membayar 10 € perhari ini.

Itulah pengalaman saya sakit di RS Jerman , sampai hari ini saya kapok tidak mau sakit lagi, jangan sampai deh.

Catatan:

Tidak ada niat menjelekkan satu sama lain dalam setiap tulisan saya. Pun menjelekkan negara satu dan lainnya. Bagi penulis semua manusia adalah Universal , tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah , tidak ada manusia yang illegal di muka bumi ini , pun dinegara manapun sama , kedudukan sama, hak pun sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun