Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengalaman Sakit di RS Jerman

3 Oktober 2016   03:31 Diperbarui: 3 Oktober 2016   16:39 1776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Jangan stress lagi ya” katanya.Penyakit ini hanya menyerang orang stress. Saya tersenyum dengancandaannya , entahlah senyum getir atau senyum sedih.

Kulihat salah satu studennya bersembunyi di antara studen-studen lainnya, dia nampak tidak nyamandi kamar saya. Kemarin dia sempat membentak saya , karena sayabertanya menu apa ini apakah daging babi? Tanyaku padanya. Tetapi dia menjawab pertanyaanku dengan ketus dan agak kasar kalau boleh dibilang sangat rude sekali.

“Saya bukan perawat! Kamu complain melulu!

Saya kesal waktu itu karena hanya bertanya dan di jawab sangat rude dan ketus . 

“Saya hanya bertanya kepada anda apalagi saya sudah pesan menunya kemarin, ternyata yang datang dihadapan saya makanan lain , apakah saya tidak boleh bertanya” jawab saya. 

 Akhirnya hari itu saya kelaparan tidak makan malam karena saya lihat ada selapis daging di menu yang salah tersebut. Tidak ada kata maaf dari pihak dapur apalagi dari Dokter student itu. Dan malam itu saya cukup minum teh yang di sediakan RS.

Sehari dua kali tiap pagi dan malam saya diinfus ditambah cairan oleh perawat dan harus meneteskan salep sendiri ke mata saya 5 x sehari serta menjadwalkan sendiri obat ygharus saya minum. Perawat hanya memberikan tempat berisi obat dan akan memberikan kepada saya tiap pagi di waktu sarapan.

Pertama saya heran karena sakit pun anda mesti mandiri di Jerman! .

Dari Makan minum , meneteskan salep mata dan menjadwalkan sendiri dan mengingat sendiri obat yang harus diminum. Jadi perawat yang menangani saya bekerja hanya untuk menyuntik dan memberikan infus cairan. Ada perawat yang ramah sekali selalu tersenyum setiap pagi , tetapi kebanyakannya mereka jarang tersenyum dan kalau boleh menilai mereka rada ketus , saya sebenarnya biasa saja dan tidak mengharapkan perhatian yang lebih . Jadi kalau cairan infus saya tidak lancar menetesnya dan sering kali terhenti , saya akan memencet bel dengan rasa tidak enak hati juga karena keketusannya perawat-perawat tersebut. 

Karena pernah sekali saya memencet  bel  pemanggil dan Perawat itu dengan ketus mengatakan bahwa lengan saya tidak boleh bergerak-gerak jadi cairan akan terus menetes. 

Saya senyum kecut saja , kalau lengan tidak boleh gerak bukannya pegel dan kebas ? .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun