Mohon tunggu...
Gita Fauziah
Gita Fauziah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

stay safe semua!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rendahnya Kreativitas Guru dalam Menginovasi Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19

31 Oktober 2022   18:43 Diperbarui: 17 Juli 2023   19:00 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENULIS

Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta

gitafauzr@gmail.com 

 

PENDAHULUAN 

Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh bagian dunia menyebabkan dampak di berbagai bidang tidak terkecuali dalam bidang pendidikan di Indonesia. Awalnya, proses pembelajaran dilakukan di sekolah. Akan tetapi, selama masa pandemi Covid-19 ini, pembelajaran hanya dilaksanakan secara luring (Astini, 2020). 

Dampak tersebut disebabkan oleh adanya perubahan desain pelaksanaan pembelajaran yang perlu disesuaikan dengan protokol kesehatan sehingga pembelajaran untuk sementara waktu tidak dapat seluruhnya dilaksanakan secara luring. Terlebih lagi ketidaksiapan stakeholder dalam menghadapi keadaan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Adanya Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) yang di keluarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menjelaskan bahwa sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. 

Artinya, guru dan siswa tetap memiliki tanggung jawab dalam pembelajaran walaupun kegiatan belajar dilaksanakan secara daring. Guru dapat memanfaatkan beragam media untuk pembelajaran daring, yaitu media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran (Atsani, 2020).

Desain pelaksanaan pembelajaran yang harus menyesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19 melahirkan permasalahan-permasalahan baru di dalam bidang pendidikan. 

Permasalahan tersebut dapat bersifat substansial dan teknis. Secara substansial misalnya kurikulum dan secara teknis misalnya permasalahan dalam segi praktik pelaksanaannya. 

Agar tetap dapat mencapai tujuan pembelajaran, maka kedua jenis permasalahan tersebut membutuhkan strategi-strategi untuk mengatasinya. Tentunya pemerintah juga sudah berupaya dalam mengatasi masalah-masalah dalam sistem pendidikan di masa pandemi Covid-19, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yaitu menyalurkan bantuan dana untuk memenuhi kebutuhan internet, baik bagi guru, dosen, siswa, dan mahasiswa. 

Hal itu bermanfaat pada terpenuhinya kesempatan untuk belajar meski tidak tatap muka, tetapi juga masih mengalami kendala, seperti kurangnya pengalaman siswa dan walimurid dalam memanfaatkan kuota internet tersebut (Atsani, 2020). 

Berdasarkan latar belakang tersebut, tulisan ini bertujuan mendeskripsikan realitas pembelajaran pada masa pandemi Covid-19, permasalahan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19, dan strategi mengatasi permasalahan pembelajaran selama masa pandemi Covid-19.


TEMUAN DAN ANALISIS

Realitas Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19

Pendidikan memiliki nilai esensial di dalam kehidupan manusia, dengan adanya pendidikan seseorang dapat menjadi pribadi diri yang baik dalam menjalankan kehidupan di masyarakat, selain itu dapat menjamin kelangsungan kehidupan bangsa dan masih banyak lagi esensi dari adanya pendidikan. 

Wajah pendidikan di Indonesia seketika berubah karena hadirnya pandemi Covid-19, semua lembaga pendidikan ditutup, namun berbarengan dengan hal tersebut kegiatan belajar harus tetap dilaksanakan dengan menggunakan sistem secara daring. Sistem pembelajaran yang baru menghadirkan permasalahan baru di dalam dunia pendidikan.

Realitas menunjukkan, bahwa nampaknya Pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) memang tidak siap dengan situasi pandemi ini. 

Padahal sudah sejak lama melalui ruang-ruang kelas sekolah formal dan forum-forum workshop juga seminar memperkenalkan dan mengajarkan tentang E-Learning. 

Tapi dalam medan tempur melawan pandemic Covid-19 ini, Kemdikbud seolah latah, mati akal dan kehabisan daya kreasi untuk mengahadirkan pembelajaran yang tidak hanya inovatif tapi juga memastikan semua Standar Nasional Pendidikan dapat tercapai meski dalam situasi pandemi seperti sekarang. Hal ini menjadi satu parameter bahwa teori yang diajarkan di sekolah kebanyakan hanyalah sebuah narasi ceramah minim bahkan tanpa implementasi.

Problematika Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19

Beberapa permasalahan yang di temukan dalam pembelajaran secara daring berasal dari faktor peserta didik dan guru. Dari buku Pengalaman Baik Mengajar di Masa Pandemi Covid-19 Mapel Bahasa Indonesia (Kemdikbud, 2020) menjelaskan tentang hambatan yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran daring, yaitu: Pertama, peserta didik kurang aktif dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran daring. 

Kedua, peserta didik tidak memiliki perangkat handphone/gadget yang digunakan sebagai media belajar daring. Ketiga, sejumlah peserta didik tinggal di wilayah yang tidak memiliki akses internet. Keempat, mengingat perjalanan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) sudah berlangsung sekitar enam bulan sejak pertengahan Maret 2020, menurut beberapa peserta didik, terlalu lama PJJ membuat mereka malas dan membosankan.

Sedangkan permasalahan pembelajaran daring yang berasal dari faktor guru yaitu kurang efektifnya pembelajaran apabila dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka karena beberapa alasan, yaitu: 

Pertama, konten materi yang disampaikan secara daring belum tentu bisa dipahami semua peserta didik. Sebab konten materi ini disajikan dalam bentuk e-book yang disajikan perbab, materi berbentuk powerpoint, dan dalam bentuk video pembelajaran. Mungkin materi dapat dipahami, tetapi pemahaman peserta didik tidak komprehensif. Mereka memahami berdasarkan tafsiran atau sudut pandang mereka sendiri. 

Kedua, kemampuan guru terbatas dalam menggunakan teknologi pada pembelajaran daring. Tidak semua guru mampu mengoperasikan komputer atau gadget untuk mendukung kegiatan pembalajaran, baik dalam tatap muka langsung, terlebih lagi dalam pembalajaran daring. Memang ada sebagian guru mampu mengoprasikan komputer, tetapi dalam hal pengopresian terbatas. 

Ketiga, keterbatasan guru dalam melakukan kontrol saat berlangsungnya pembelajaran daring. Hal ini antara lain disebabkan aplikasi yang digunakan tidak menyajikan menu forum diskusi untuk menjelaskan atau menanyakan materi. Kalaupun ada menu tersebut, banyak peserta didik tidak memanfaatkannya dengan baik.

Strategi Mengatasi Permasalahan Pembelajaran Selama Masa Pandemi Covid-19

Strategi Mengatasi Permasalahan Pembelajaran Selama Masa Pandemi Covid-19 karena faktor siswa yaitu dengan cara, bagi siswa yang tidak memiliki perangkat atau bergiliran menggunakannya dengan orangtua, atau yang tidak memiliki akses jaringan internet, peserta didik dapat mengerjakan tugas secara manual, terpenting tetap belajar dan berada di rumah. 

Pengalaman Susani (dalam Kemdikbud, 2020) peserta didik yang mengalami permasalahan koneksi internet dapat diatasi dengan thethering ke anggota keluarga lainnya atau menghemat dengan cara connect saat dibutuhkan saja, juga diatasi dengan PJJ bagi peserta didik dengan mengikuti program pendidikan lewat siaran televisi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan TVRI dalam rangka memfasilitasi pendidikan di masa pandemi Covid-19 di Indonesia.

Bagi guru dalam meminimalisir hambatan pembelajaran daring, terdapat beberapa solusi yang bisa diterapkan, yaitu: 

a) guru hendaknya menyiapkan materi pembelajaran semenarik mungkin, seperti penyajian materi dalam slide powerpoint disertai video pembelajaran agar materi lebih hidup dirasakan oleh peserta didik; 

b) dalam hal keterbatasan penguasaan IT, guru dapat menggunakan teknologi yang pengoperasiannya lebih sederhana, seperti aplikasi whatsapp. Namun, sedikit demi sedikit guru harus meningkatkan kompetensi IT-nya, antara lain dengan mengikuti workshop terkait, bertanya kepada guru-guru lain yang mempunyai kemampuan lebih di bidang IT (Puspitasari dalam Kemdikbud, 2020) dan dirasa cukup gampang sebagaimana pengalaman penulis, banyak mengikuti tutorial di youtube yang banyak menyajikan pengenalan aplikasi pembelajaran dan langkah-langkah penggunaannya, serta bagaimana memproduksi video pembelajaran; 

c). peserta didik yang "kurang peduli" mengikuti pembelajaran daring, dapat diatasi dengan proaktif menghubungi (via telepon/video call) peserta didik dan orang tuanya secara personal, apabila tidak memungkinkan untuk melakukan home visit. Solusi lain, guru mata pelajaran bersama guru BK berusaha mencari tahu apakah kendalanya dengan menghubungi orang tuanya. Bila kendala memang anaknya malas, maka guru BK akan meminta pada orangtuanya agar dapat mendampingi pelaksanaan BDR anaknya (Arianty dalam Kemdikbud, 2020).

Jika dilihat, permasalahan pembelajaran karena faktor guru dikarenakan kurang kreativitas guru dalam menginovasi pembelajaran yang menyesuaikan dengan keadaan pandemi Covid-19. Hal tersebut dapat selesaikan dengan menggunakan salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran yang diasumsikan dapat dicapai melalui fusi inovasi terhadap dunia teknologi informasi dan pendidikan diantaranya budaya cepat atau lebih dikenal dengan "Akselerasi Pembelajaran" (accelaraled learning). Sebagaimana dikemukakan oleh Rose da Nicholl (1997:43) bahwa the accelerated learning bertujuan: (1) to actively involve the emotional brain -- there by making things more memorable; (2) shyncronise leaf.

Selanjutnya dengan strategi pembelajaran tertentu peserta didik dapat terhubung dengan baik. Misalnya, dengan pemberian tugas atau latihan, jadi pada hakekatnya kaitan antara belajar dan mengajar adalah upaya seorang guru memberikan "peluang" bagi siswa untuk terjadi proses belajar. 

Teori mengajar lain yang dapat digunakan pada kondisi khusus seperti pandemic Covid-19 adalah teori mengajar mencari dan menemukan (discovery inquiry), teori belajar tersebut mendorong peserta didik untuk mampu mencari dan menemukan informasi belajar baru untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi peserta didik, sebagaimana yang dikemukakan Richard Shuma (1962) teori mengajar yang dikembangkan adalah pemikiran bahwa siswa memiliki kemampuan dan percaya diri sendiri, sehingga mampu menemukan jawaban dan analisa sendiri dan pada akhirnya siswa mampu menjelaskan hasil belajarnya sendiri. 

Dalam mempraktekan teori mengajar ini, seorang guru diharapkan mampu mendekati, mengenali, menggali dan mengembangkan potensi-potensi belajar peserta didik. Dasar teori tersebut mengajar menggunakan pendekatan "discovery inquiry" akan lebih efektif dan mendorong peserta didik mandiri dalam belajar dan berfikir tentang sesuatu sehingga peserta didik memiliki pemahaman berdasarkan pola pikir yang dia alami.

 

SIMPULAN 

Dalam pemecahan masalah yang kompleks dalam dunia pendidikan yang di perparah adanya pandemi Covid-19 tidak efektif lagi apabila digunakan pendekantan konvensional, oleh karena itu masalah pendidikan kususnya dampak pandemi Covid-19 dalam belajar mengajar diperlukan pendekatan yang inovatif sebagai perspektif baru yang belum dapat diselesaikan secara konvensional. Inovasi dalam pembelajaran perlu dilaksanakan secara merata pada semua jenjang pendidikan, salah satu indikator dalam pencapaian pembelajaran adalah kreativitas bagaimana merumuskan teori inovasi terhadap teknologi informasi dengan budaya cepat "Akselerasi Pembelajaran". 

Inovasi dalam pendidikan dapat diarahkan pada efektifitas, efisiensi dan relevansi pendidikan, beberapa contoh dalam inovasi pembelajaran dimasa kondisi khusus (pandemic) dapat digunakan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ/Daring) dengan pendekatan contextual learning, dapat juga dengan modul pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). "Discovery Learning" dapat dipertimbangkan menjadi teori mengajar dimana teori tersebut mendorong peserta didik mampu menemukan dan menjelaskan hasil belajar sendiri.

 

DAFTAR PUSTAKA

Asmuni, A. (2020). Problematika Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-19 Dan Solusi Pemecahannya. Jurnal paedagogy, 7(4), 281-288.

Iriansyah, H. S. (2020, November). Membangun Kreatifitas Guru Dengan Inovasi Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara III (pp. 1-6).

Setiawan, L. D. (2020, October). Permasalahan Pendidikan Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 4, No. 1).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun