Mohon tunggu...
Gita Fauziah
Gita Fauziah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

stay safe semua!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rendahnya Kreativitas Guru dalam Menginovasi Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19

31 Oktober 2022   18:43 Diperbarui: 17 Juli 2023   19:00 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

a) guru hendaknya menyiapkan materi pembelajaran semenarik mungkin, seperti penyajian materi dalam slide powerpoint disertai video pembelajaran agar materi lebih hidup dirasakan oleh peserta didik; 

b) dalam hal keterbatasan penguasaan IT, guru dapat menggunakan teknologi yang pengoperasiannya lebih sederhana, seperti aplikasi whatsapp. Namun, sedikit demi sedikit guru harus meningkatkan kompetensi IT-nya, antara lain dengan mengikuti workshop terkait, bertanya kepada guru-guru lain yang mempunyai kemampuan lebih di bidang IT (Puspitasari dalam Kemdikbud, 2020) dan dirasa cukup gampang sebagaimana pengalaman penulis, banyak mengikuti tutorial di youtube yang banyak menyajikan pengenalan aplikasi pembelajaran dan langkah-langkah penggunaannya, serta bagaimana memproduksi video pembelajaran; 

c). peserta didik yang "kurang peduli" mengikuti pembelajaran daring, dapat diatasi dengan proaktif menghubungi (via telepon/video call) peserta didik dan orang tuanya secara personal, apabila tidak memungkinkan untuk melakukan home visit. Solusi lain, guru mata pelajaran bersama guru BK berusaha mencari tahu apakah kendalanya dengan menghubungi orang tuanya. Bila kendala memang anaknya malas, maka guru BK akan meminta pada orangtuanya agar dapat mendampingi pelaksanaan BDR anaknya (Arianty dalam Kemdikbud, 2020).

Jika dilihat, permasalahan pembelajaran karena faktor guru dikarenakan kurang kreativitas guru dalam menginovasi pembelajaran yang menyesuaikan dengan keadaan pandemi Covid-19. Hal tersebut dapat selesaikan dengan menggunakan salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran yang diasumsikan dapat dicapai melalui fusi inovasi terhadap dunia teknologi informasi dan pendidikan diantaranya budaya cepat atau lebih dikenal dengan "Akselerasi Pembelajaran" (accelaraled learning). Sebagaimana dikemukakan oleh Rose da Nicholl (1997:43) bahwa the accelerated learning bertujuan: (1) to actively involve the emotional brain -- there by making things more memorable; (2) shyncronise leaf.

Selanjutnya dengan strategi pembelajaran tertentu peserta didik dapat terhubung dengan baik. Misalnya, dengan pemberian tugas atau latihan, jadi pada hakekatnya kaitan antara belajar dan mengajar adalah upaya seorang guru memberikan "peluang" bagi siswa untuk terjadi proses belajar. 

Teori mengajar lain yang dapat digunakan pada kondisi khusus seperti pandemic Covid-19 adalah teori mengajar mencari dan menemukan (discovery inquiry), teori belajar tersebut mendorong peserta didik untuk mampu mencari dan menemukan informasi belajar baru untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi peserta didik, sebagaimana yang dikemukakan Richard Shuma (1962) teori mengajar yang dikembangkan adalah pemikiran bahwa siswa memiliki kemampuan dan percaya diri sendiri, sehingga mampu menemukan jawaban dan analisa sendiri dan pada akhirnya siswa mampu menjelaskan hasil belajarnya sendiri. 

Dalam mempraktekan teori mengajar ini, seorang guru diharapkan mampu mendekati, mengenali, menggali dan mengembangkan potensi-potensi belajar peserta didik. Dasar teori tersebut mengajar menggunakan pendekatan "discovery inquiry" akan lebih efektif dan mendorong peserta didik mandiri dalam belajar dan berfikir tentang sesuatu sehingga peserta didik memiliki pemahaman berdasarkan pola pikir yang dia alami.

 

SIMPULAN 

Dalam pemecahan masalah yang kompleks dalam dunia pendidikan yang di perparah adanya pandemi Covid-19 tidak efektif lagi apabila digunakan pendekantan konvensional, oleh karena itu masalah pendidikan kususnya dampak pandemi Covid-19 dalam belajar mengajar diperlukan pendekatan yang inovatif sebagai perspektif baru yang belum dapat diselesaikan secara konvensional. Inovasi dalam pembelajaran perlu dilaksanakan secara merata pada semua jenjang pendidikan, salah satu indikator dalam pencapaian pembelajaran adalah kreativitas bagaimana merumuskan teori inovasi terhadap teknologi informasi dengan budaya cepat "Akselerasi Pembelajaran". 

Inovasi dalam pendidikan dapat diarahkan pada efektifitas, efisiensi dan relevansi pendidikan, beberapa contoh dalam inovasi pembelajaran dimasa kondisi khusus (pandemic) dapat digunakan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ/Daring) dengan pendekatan contextual learning, dapat juga dengan modul pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). "Discovery Learning" dapat dipertimbangkan menjadi teori mengajar dimana teori tersebut mendorong peserta didik mampu menemukan dan menjelaskan hasil belajar sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun