Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan nusantara terbesar yang menganut ajaran agama Buddha. Menurut Prasasti Kota Kapur, diketahui bahwa Kerajaan Sriwijaya lahir pada abad ke-7 Masehi dengan pendirinya yang bernama Dapuntahyang Sri Jayanasa. Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan yang membawa pengaruh besar untuk agama Buddha.
Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti bercahaya dan wijaya adalah kemenangan. Jadi, Sriwijaya berarti Kemenangan yang gilang-gemilang. Bukti mengenai kerajaan Sriwijaya didapatkan dari I Tsing, seorang pendeta yang berasal dari Tiongkok.
KEHIDUPAN EKONOMI
Sriwijaya adalah salah satu kerajaan besar yang berdiri di pulau Sumatera dan berpengaruh besar di nusantara. Pada masa awalnya, penduduk Kerajaan Sriwijaya bertumpu pada bidang pertanian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, hasilnya kemudian diperjualbelikan kepada para pedagang asing yang singgah. Hal ini didukung dengan letak yang sangat strategis sebagai jalur perdagangan Internasional yang membuat hasil bumi menjadi modal utama untuk memulai kegiatan perdagangan dan pelayaran. Sriwijaya menjadi pusat kegiatan perdagangan dan penghubung antara pendagang Cina dengan India atau Romawi.
Dalam kegiatan perdagangan, Sriwijaya mengekspor kulit, gading, dan beberapa jenis binatang liar, sedangkan di sisi lain Sriwijaya mengimpor beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas, gading, dan binatang
 Kerajaan Sriwijaya berkembang dengan pesat menjadi Kerajaan utama yang mengendalikan 2 jalur perdagangan utama antara India dan Cina, yaitu melalui Selat Sunda dari Palembang dan selat Malaka dari Kedah.
Kemudian, Kerajaan Sriwijaya menguasai jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional karena setiap kapal yang berlayar dari Asia Barat ke Asia Timur harus melalui daerah kekuasaan Sriwijaya. Selain itu, Sriwijaya juga dapat menindas pembajak dan pesaingnya agar dapat memberikan pusat perdagangan internasional di pantai Sumatera Tenggara. Kekuasaan perdagangan yang dipegang oleh Sriwijaya ini akhirnya membawa Sriwijaya menuju masa kejayaan. Pemasukan kerajaan bukan hanya didapat dari perdagangan, namun juga dari pajak-pajak kapal laut yang berlabuh untuk berdagang di Pelabuhan milik Sriwijaya.
Faktor lain pendukung kegiatan ekonomi adalah berhasilnya Sriwijaya menguasai wilayah-wilayah strategis di sekitarnya seperti Selat Sunda, Selat Malaka, Laut Natuna dan Laut Jawa. Dikuasainya daerah-daerah tersebut tidak terlepas dari kekuatan armada laut Kerajaan Sriwijaya dengan kapalnya yang begitu banyak.
Dengan demikian, kehidupan ekonomi Kerajaan Sriwijaya pada awalnya bertumpu pada kegiatan pertanian dan berkembang seiring kemajuan Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim. Inti kekuasaan Sriwijaya bukan wilayah, tetapi pangkalan-pangkalan Angkatan Laut di sepanjang jalan laut. Pangkalan-pangkalan atau benteng itu adalah pusat kekuatan untuk menjaga dan menguasai laut. Angkatan laut Sriwijaya dipusatkan di pangkalan-pangkalan itu dengan tugas memaksa setiap kapal untuk berlabuh dan membayar bea. Selain itu, juga untuk memadamkan setiap usaha yang mengingkari hak penuhanan Sriwijaya.
Â
FAKTOR PENDORONG PERKEMBANGAN SRIWIJAYA
1. Letak Geografis yang terletak di jalur perdagangan internasional
Letak kerajaan Sriwijaya yang strategis yang berada dalam jalur lalu lintas perdagangan internasional, mendorong Sriwijaya untuk mengandalkan sektor perdagangan dalam kehidupan ekonominya.
Letak Sriwijaya berada di tengah jalur perdagangan India-Cina, dekat Selat Malaka yang merupakan jalur kehidupan lalu lintas di Asia Tenggara. Sriwijaya menguasai semenanjung Melayu, tepatnya di wilayah Ligor. Adanya hubungan perdagangan dengan Benggala dan Colamandala di India, lalu lintas perdagangan Sriwijaya makin ramai.
Pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang yang terletak di tepi sungai Musi. Dengan letak yang sangat strategis, hal ini mendorong para pedagang untuk melakukan kegiatan perdagangannya. Selain itu Sriwijaya juga menguasai dua perairan laut penting dalam perdagangan nusantara yaitu Selat Malaka dan selat Sunda.
Selat tersebut merupakan jalur perdagangan internasional dari China ke India atau sebaliknya. Di depan muara sungai Musi terdapat pulau-pulau yang berfungsi sebagai pelindung pelabuhan di muara sungai Musi. Kondisi itu sangat tepat untuk kegiatan pemerintahan dan pertahanan Kerajaan Sriwijaya.
![oi-61e8e9bb06310e16806039a2.png](https://assets.kompasiana.com/items/album/2022/01/20/oi-61e8e9bb06310e16806039a2.png?t=o&v=770)
Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam akibat serangan dari Kamboja. Kondisi ini dapat memberikan peluang bagi Kerajaan Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai negara maritim yang maju. Setelah Kerajaan Fu-nan di Indo-Cina mengalami keruntuhan akibat perang saudara, sehingga pengaruh kerajaan Fu-nan di Asia Tenggara digantikan oleh Sriwijaya.
3. Keberhasilan dalam ekspedisi-ekspedisi militer untuk menguasai daerah yang berpotensi menjadi saingan Sriwijaya.
Sriwijaya telah menguasai Selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung Malaya, dan Tanah Genting Kra sebagai pusat perdagangan
4. Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina
Pesatnya pertumbuhan perdagangan yang dilakukan India dan Cina melalui Selat Malaka membuat posisi Sriwijaya semakin penting. Pedagang dari Cina dan India yang melewati Selat Malaka selalu singgah di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai Sriwijaya.
5. Kaya akan sumber daya alam
Misalnya seperti cengkeh, emas, kapulaga, gading, kapur barus, kayu gaharu, pala, dan timah. Sebenarnya Sriwijaya sendiri hanya dapat mengekspor gading, kulit dan beberapa jenis binatang liar. Tetapi Sriwijaya menguasai ekspor seluruh kepulauan Nusantara diantaranya berupa beras, rempah-rempah, gading, kayu manis, kemenyan, emas, binatang/ternak, dan lain-lainnya
Strategi Kerajaan Sriwijaya yang dapat kita implementasikan sebagai generasi maju
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Buddha terbesar pertama yang memiliki pengaruh kuat di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim dengan menguasai lalu lintas pelayaran dan juga menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara. Selain itu, Sriwijaya juga berhasil menguasai daerah Indonesia sebelah barat, Semenanjung Melayu, dan bagian selatan Filipina.
Sriwijaya pernah tercatat sebagai kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara. Pada masa sekarang, Indonesia melalui pemerintahan Presiden Joko Widodo sedang mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Generasi sekarang/pemerintah dapat belajar dari faktor-faktor yang membuat Sriwijaya pada waktu itu dapat menjadi kerajaan maritim yang maju. Tentu tantangan saat ini dan zaman dahulu sangat berbeda. Namun, pasti ada pola umum atau strategi tertentu agar menjadi negara besar yang memaksimalkan potensi maritim/kelautan.
Tantangan Negara Indonesia dalam memenuhi kebutuhan ekonomi:
Persaingan antar negara masa kini semakin kian ketat. Tidak dapat dipungkiri Negara Indonesia sedikit tertinggal dan kalah bersaing. Dengan segala faktor alam dari mulai posisi yang strategis sampai hasil alam yang melimpah seharusnya Indonesia menjadi negara maju saat ini. Lalu apa yang membuat Indonesia justru tampak tertinggal?
â—¾ Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia menjadi faktor penting dalam mengolah kekayaan yang dimiliki Indonesia. Hal ini tentunya dipengaruhi faktor-faktor lain seperti kurang meratanya pendidikan atau terjadi kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan daerah terpencil, banyak juga masyarakat yang berkualitas namun hanya menggunakan wawasan dan kemampuannya untuk diri sendiri dan tidak memberikan kontribusi bagi negara. Â Masyarakat seharusnya bisa mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahkan bahan jadi yang bisa dipakai oleh masyarakat lokal. Menjadikan produk lokal yang berkualitas.
â—¾ Terlalu banyak Impor daripada Ekspor
Ketika kita dapat menghasilkan produk lokal yang berkualitas dari bahan mentah hingga barang jadi maka sebenarnya kita bisa melakukan lebih banyak ekspor, bukan impor yang tentunya akan sangat membantu perekonomian negara.
â—¾ Banyaknya orang Indonesia yang berkualitas justru lebih memilih bekerja di negara asing dan perusahaan asing.
Indonesia sesungguhnya masih memiliki banyak Sumber Daya Manusia yang berkualitas, namun sangat disayangkan terkadang justru mereka memilih untuk bekerja dan mengabdi bagi negara lain dan perusahaan asing. Paradigma mengenai "negara asing lebih baik" masih melekat dan tumbuh di masyarakat. Tentunya juga kita tidak bisa dipungkiri bahwa perasaan kurang diapresiasi yang layak bagi orang-orang yang sudah di berkontribusi bagi Indonesia masih menghantui masyarakat.
â—¾ Eksploitasi alam untuk kepentingan pribadi.
Sudah tidak jarang disaat manusia sering melakukan tindakan yang merugikan sekitarnya demi kepentingan pribadi. Misalnya, membakar hutan untuk membuka lahan industri akan mengganggu ekosistem lingkungan sehingga dapat menimbulkan banjir, hilangnya sumber mata air, longsor pencemaran, punahnya hewan langka, dan lain-lain. Dimana jika tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem alam ini, tentu alam juga akan lebih memberikan manfaat bagi kita. Jika kita juga mengikuti aturan yang sudah ditetapkan pemerintah, membayar retribusi kepada Negara karena kita memanfaatkan lahan negara maka uang tersebut juga bisa dipakai untuk membangun negara.
â—¾ Banyaknya kasus Korupsi
Namun sayangnya, masih banyak kasus korupsi terjadi di Indonesia dan bahkan di negara maju. Uang yang seharusnya bisa kita manfaatkan untuk membangun & membiayai negara, mengembangkan teknologi yang lebih canggih dan maju, memperbaiki dan membangun infrastruktur negara. Banyak masyarakat yang tidak membayar pajak yang seharusnya tentu ini juga memberikan kerugian yang besar bagi negara. Namun itu semua terjadi karena kurangnya rasa percaya masyarakat terhadap pemerintah dan negara ini untuk mengelola uang pajak mereka.
Tantangan yang dihadapi memang berbeda dan jauh lebih berat, namun mengapa kita tetap dapat menerapkan sebagian dari cara-cara kerajaan Sriwijaya memegang kejayaannya di kehidupan masa kini? Â
Hal ini dikarenakan:Â
‣Letak geografis Indonesia tidak pernah berubah.
Artinya Indonesia masih tetap sebagai jalur perdagangan internasional. Posisi Indonesia tetap sebagai posisi strategis.
‣Indonesia masih memiliki kekayaan alam yang melimpah
Iklim tropis Indonesia yang sebenarnya iklim ideal bagi alam sangat menguntungkan Indonesia. Kita dapat dengan mudah membudidayakan, menanam dan mengembangkan kekayaan alam. Tidak seperti negara yang mungkin memiliki empat musim. Seperti musim dingin bersalju yang justru akan mengganggu tumbuhan dan hewan di Indonesia.
Ini adalah dua hal fundamental negara Indonesia yang tidak berubah dan masih kita miliki. Maka kita masih  memiliki harapan yang besar.
Cara-cara untuk mengimplentasikan strategi Kerajaan Sriwijaya pada masa sekarang.
âž¡Jalur Perdagangan: Pada zaman kerajaan sriwijaya, perekonomian berkembang di jalur perdagangan internasional, laut sebagai sarana distribusi perdagangan sehingga kerajaan maritim membangun Pelabuhan-pelabuhan di wilayahnya. Di masa sekarang, untuk memperkuat arus mobilitas barang/manusia maka pemerintah (Presiden Jokowi) mencetuskan program tol laut yang bertujuan untuk menghubungkan Pelabuhan-pelabuhan besar di Indonesia.
➡Teknologi perkapalan semakin maju sejak masa Hindu-Buddha khususnya Sriwijaya. Ciri khasnya antara lain adalah badan kapal berbentuk seperti huruf V. Pada masa sekarang, pembuatan kapal lebih mudah dibandingkan jaman dulu. Kapal jaman sekarang juga dilengkapi dengan fitur - fitur yang lebih canggih. Tentunya ini akan sangat bermanfaat dan menguntungkan.
![ye-61e3736d80a65a5cbb6e65b3.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2022/01/16/ye-61e3736d80a65a5cbb6e65b3.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI