Kedelapan, faktor cancel culture.Â
Cancel culture menjadi aktivitas untuk meng-cancel tokoh, produk, dan gerakan via media sosial. Kultur ini menjadi kian subur seiring dunia digital tidak mengenal batas. Korban cancel culture bukan hanya dapat cemoohan via komentar, tapi bisa mematikan bisnis, reputasi dan jejak digital baik.
Dan jelas, berkomentar kasar di kolom komentar tidak ada tujuan berdiskusi. Jikapun berdebat, yang terjadi adalah model ad hominem. Pelaku komentar kasar pun kadang tidak ingin menang atau kalah. Mereka hanya ingin melakukan sealioning.
Batas-batas dunia nyata dan maya kian tipis. Setipis rambut dibelah tujuh, mungkin. Saking tipisnya, tak jarang peranan akun julid seseorang malah menjangkit ke dunia nyata. Medsos pun dianggap telah menjadi toxic. Semoga kita bisa tetap waras di medsos.
Salam,
Wonogiri, 04 Januari 2023
23:23 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H