Contoh kedua, begitupun dengan provider toko online. Mereka benar-benar mengeksploitasi kita sebagai konsumen. Dengan data cookies online, toko yang pernah dikunjungi, sampai lama kita di satu tempat belanja mereka ukur. Sehingga setiap app di HP kita menayangkan apa yang sudah kita lihat. Mungkin juga memprediksi barang apa yang kita inginkan.
Dalam hal menjual barang pun, pelapak ditodong demi visitor. Jika tidak membeli fitur premium, koin, push, dsb. Barang yang kita jual urung juga terjual dalam waktu lama. Utak-atik tag ala SEO yang biasa dilakukan pelapak kadang kalah dengan deep learning mesin toko online. Pelapak pun mau tak mau turut ketentuan toko online.
Sebelum sampai pada tahap dimana olahan data mampu menggantikan kerja manusia. Indonesia berada pada persimpangan kepentingan kapitalisasi via data dan pengguna internet yang gagap literasi digital. Contoh sederhananya, bagaimana data kita rentan disalahgunakan aplikasi fintech dengan tawaran hutangnya. Atau dalam skala nasional, ada pihak-pihak yang mencoba mencoba meretas server KPU paska Pilkada kemarin.Â
Kini menjadi tantangan generasi untuk melek dunia digital. Sebagai netizen jangan mau sampai diperbudak internet. Hal ini karena dalam ranah sosbud dan pendidikan Indonesia, dunia digital masih dalam tahap instrumentasi. Padahal kini, dunia digital adalah artefak kebudayaan yang menyatu dengan kehidupan manusia modern.Â
Masihkah kita diam lalu menjadi sekadar data?
Salam,
Solo, 6 Agustus 2018
10:13 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H