W. segera beranjak melangkah mendekati babi yang tergantung. W. segera membaui tubuh babi yang berlumur darah. Menyentuh darah yang mengalir lembut membasuh badan babi yang kemerahjambuan. Sayatan dan tebasan W. begitu meluka tubuh babi. Begitu banyak darah yang bersimbah. W. lalu melumuri kedua tangannya dengan darah yang memandikan tubuh babi tanpa kepala tadi. Dengan kedua tangan W. yang berlumur darah segar babi, ia segera melumuri wajahnya. Perlahan dan menjiwai, W. seolah merias wajahnya. Namun ini dengan darah.
'W. benar-benar bisa menjiwai menjadi seorang penimpa karma. Hebat!' Abah bergumam dalam hatinya. Sambil menatap bangga W. yang kini mengeramasi rambutnya dengan darah babi yang menetes dari lehernya yang terpenggal.
* * *Â
Bersambung
Wollongong, 19 Oktober 2016
11:41 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H