"Tidak.. tidak usah mba W. Saya bisa beli lagi. Mari saya belikan sesuatu mba W. Biar menebus kesalahan bodoh saya ini?"
"Tidak usah repot-repot mba. Saya baik-baik saja." W. menolak namun masih melihat tajam ke arah Mariam.
"Tidak apa-apa mba. Beneran saya tidak enak sudah mengotori blouse mba W. Mungkin juga agak panas di perut mba. Di dekat sini saja. Kita makan." Mariam memaksa.
"Baiklah mba." W. menerima tawaran Mariam. Segera mereka menuju rumah makan yang cukup mahal di mall kota ini. Rumah makan yang menjual berbagai makanan import. W. hanya turut saja apa kata Mariam. Karena itulah yang W. inginkan.
Mereka pun banyak bercakap-cakap. Dari mulai nama sampai pekerjaan. Mariam adalah seorang pengusaha. Walau usianya hanya terpaut 5 tahun dengan W., Mariam kelihatan lebih muda. W. faham benar hal ini. karena Mariam lebih berduit daripada W. yang hanya polisi. Dan kebetulan mereka berdua pun berasal dari daerah yang sama. Tepat di satu distrik kecil yang berada di luar kota. Mungkin hanya 3 jam berkendara menuju ke utara.
Dari hari ke hari W. dan Mariam sudah intens berkomunikasi. Layaknya seorang perempuan yang saling bisa berbagi perasaan. Mariam pun mencurahkan isi hatinya kepada W. Mariam adalah seorang perawan yang sudah terlalu senja untuk menikah. Hidupnya yang sudah kian kaya membuat para lelaki sungkan mendekat. Ia memiliki sebuah CV yang cukup besar. Perusahaannya banyak mengelola rumah sakit kota dan rumah sakit kecil di seputaran kota. Dialah supplier utama semua alat medis dan infrastruktur rumah sakit ini. Namun Mariam masih kesepian dalam hidupnya yang bergelimang harta.
W. tahu benar darimana harta Mariam datang. Cerita yang Abah sering ceritakan sejak W. kecil. Dan sejak masuk dalam keanggotan polisi, banyak fakta busuk yang W. temukan soal Mariam. Dan ia tahu betul Abah sangat sakit hati kepada Mariam. Karena ulah laknatnyalah ibu dan calon kakaknya dulu direnggut dalam gelap. Dalam sebuah kesalahan manusia busuk dengan sistemnya yang kian rusak, W. menunggu dan mengatur saat-saat bertemu dan dekat dengan Mariam. Karena karya karma Abah yang perempuan hanyalah Mariam.
Sudah mempelajari gerak-gerik Mariam selama ini, W. meminta Niko membawanya ke Abah malam itu. Menjadi karya Abah seutuhnya.
* * *Â
"Classshhhh...!!" W. mengayunkan parangnya ke badan babi yang semena-mena digantung. Kepalanya sudah terpotong. Darah segar masih mengucur deras membasahi rumput halaman belakang. Darah bekas pemenggalan kepala masih tergenang di sekitar lubang dekat babi yang digantung. Darahnya mulai menghitam mengental bak agar-agar. Ada seonggok sisa dedak yang sang babi kunyah keluar bersama simbah darah saat leher babi terpotong. Dedaknya masih utuh berwarna coklat. Namun lendir liur kental dan darah berbaur bak bubur dedak yang siap disantap babi lain. Andai saja babi yang lain masih hidup, mungkin mereka segera berpesta diatas kematian dan darah sahabatnya. Persis seperti para koruptor yang bernyanyi dan bermewah-mewah diatas kematian ibu dan calon kaka W.
"Buuk!" parang W. bertemu tulang belakang babi. Karena babi tanpa kepala ini akan terus berputar saat W. mencabik-cabiknya dengan parang. Dan mengenai tulang balakang membuat parang W. membal.Â