Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Karya Karma Bagian 5

29 September 2016   19:06 Diperbarui: 29 September 2016   19:16 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Social Psychopath - foto: Maciej Goraczko

"Banyak juga tanahnya Abah. Lebih dari cukup untuk mengubur satu orang?" Niko bertanya sambil merebahkan Hendra di meja.

"Siapa tahu ada yang akan dikubur nanti nak. Kamu lihat saja nanti" Abah menjelaskan sambil tersenyum ke arah Niko. "Karma itu begitu nyata buat Abah nak. Karma yang datang berkat datangnya W. anakku dan kamu Niko. Terima kasih.." 

"Sudah tugas saya Abah membantu. Saya pun sudah muak melihat maling-maling ini hidup dengan santainya. Sistem negara ini sudah begitu picik. Sampai-sampai orang-orang seperti mereka bisa terus memutar otaknya yang jahat untuk merampok negri ini. Abah sudah lakukan hal yang benar."

"Tapi.... kalau Abah dan W. tertangkap polisi kamu tetap mau mengadili karma mereka seperti Abah?" Abah mulai bertanya serius.

"Saya selalu siap soal apa saja yang akan datang ke hadapan saya Abah. Biar orang-orang juga tahu yang benar dan salah. Apa yang saya lakukan ini salah dalam sistem yang korup ini. Namun hati nurani banyak orang berkata ini benar. Saya yakin itu Abah." tegas Niko menjawab.

"Nampaknya kamu sudah tahu betul apa karya karma itu nak. Tapi nampaknya kamu begitu ceroboh nak. Beberapa polisi tadi siang datang ke sini. Nampaknya tahu sesuatu saat kamu membawa Johan kesini. Sadarkah kamu itu nak?" 

"Apa?!! Tidak mungkin. Saya sudah mengamankan semua. Bahkan saya sudah tahu betul CCTV tidak akan melihat saya membekap Johan. Abah yakin itu salah saya?" Niko bertanya dan coba meyakinkan.

"Ah... W. sudah memperlihatkan Abah CCTV kantor Johan yang merekam kamu mendekap Johan. Polisi sepertinya tahu dan mencatat plat nomor mobilmu." Abah selesai mengaduk tanah dan urea dan segera duduk dikursi. Abah merogoh sesuatu. Niko tidak sadar.

"Lalu saya harus bagaimana Abah??" Niko mulai kebingungan.

"Doorr!" tiba-tiba Abah menembak Niko. Tepat mengenai kepalanya. Pelipis Niko tertembus peluru. Tembus sampai belakang kepala. Darah membuncah keluar. Roboh tak bernyawa Niko mati menghantam lantai. Darah bergenang dan remah-remah otak membiaskan kengerian akhir hidup Niko.

Abah mengembalikan pistolnya ke samping kursi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun