"Baik!" Niko segera bergerak mendekati Hendra yang sudah berada di parkiran kantornya.Membawa sapu tangan yang sudah direndam chloroform.Â
Niko membekap Hendra dari depan. Menubruknya. Lalu menindih dengan membekap hidung dan mulut. Nihil bagi Hendra melawan. Niko berbadan tinggi, tegap dan besar. Ia adalah seorang polisi yang tahu banyak kebusukan sistem di negara ini. Ia dengan sukarela membantuW..
W. sudah muak melihat kebusukan yang orang-orang seperti Hendra lakukan. Sudah lama lingkaran setan ini merugikan banyak orang. Bukan hanya merugikan, namun mematikan. Masih terbayang jelas cerita Abah soal calon kaka dan ibunya yang meninggal dulu. Semua karena korupsi yang orang-orang busuk ini lakukan puluhan tahun lalu. Bahkan sampai saat ini. Karma itu nyata. Seperti yang Abah selalu ucapkan menjelang tidurnya sejak kecil.
 "Kamu bawa langsung ke Abah Nik. Tidak usah kamu papas pakaian atau semuanya. Abah mau utuh saja." perintah W.. W. dari sore sudah mengawasi H di lantai 3 kantor Hendra.Â
 "Baik bu W." Niko segera membopong H ke dalam mobilnya.
Segera Niko memacu mobilnya menuju ruang Kesempurnaan. Tempatnya jauh di puncak bukit di ujung kota ini. Sebuah gubuk tua yang lama terbengkalai. Bukan pula di gubuknya ruang Kesempurnaan itu berada, namun di bawah tanah. Di sebuah bunker. Garasinya disulap Abah menjadi ruang meracik karyanya.
Sesampainya dilokasi, Niko menurunkan Hendra. Lemah tak sadarkan diri, Hendra dibopong Niko menuju ke dalam gubuk. Di dalam garasi Abah sedang sibuk mencampur urea dan tanah dengan sekop.
"Malam Abah. Saya bawa Hendra."
"Ya, taruh saja di meja nak. Hati-hati banyak tanah disini. Abah sedang mengaduk-aduk biar bercampur urea. Urea lebih cepat mengurai bangkai. Kamu tahu itu nak?"
"Belum tahu Abah. Untuk mengubur jasad siapa ini Abah?" tanya Niko mencari tahu.
"Buat mengubur Johan. Dia sudah mati membusuk dirubungi lalat. Persis seperti busuknya kelakuannya." ujar Abah sinis.Â