Dan selama beberapa waktu, beberapa penjajal Google Glas ada yang sebenarnya mengeluh tentang Google Glass yang telah mereka gunakan. Setelah menjajal Google Glass selama delapan bulan, baik Robert Scoble seorang blogger dari US dan Mat Honan dari situs Wired mengatakan hidup menggunakan alat ini sangatlah ribet.Â
Scoble bahkan sempat bilang dengan agak keras, bahwa Google Glass "tamat riwatnya!." (berita: gizmodo.com)Â
Dalam reviewnya, Mat Honan bahkan memberi sebutan Google Glass, 'Glasshole' (plesetan dari asshole). Karena saat memakainya, secara sosial Mat merasa tidak nyaman dan aneh.Â
Menurut Mat ia kecewa dan menuliskan  "Wearing Glass separates you. It sets you apart from everyone else. It says you not only had $1,500 to plunk down to be part of the "explorer" program, but that Google deemed you special enough to warrant inclusion (not everyone who wanted Glass got it; you had to be selected). Glass is a class divide on your face."Â
Menggunakan (Google) Glass mengucilkan dirimu. Alat ini memisahkan dirimu dari orang lain. Alat ini tidak hanya merugikanmu $1500 sebagai bagian dari program 'explorer', dan juga kesan Google memberikan dirimu sebagai orang yang terpilih dalam programnya. (Google) Glass adalah nyatanya pemisah kelas (sosial) yang tepat berada di wajahmu. (review: I, Glasshole: My Year With Google Glass)
Menurutnya, menggunakan alat bantu yang dipasang di kepala seperti Google Glass menyebabkan mata lelah dan kebingungan visual.Â
"The problem is that you have two eyes and the brain hates seeing one image in front of one eye and nothing in front of the other," Fateh told Forbes in March 2013. Heads-up displays can cause such problems as binocular rivalry, visual interference and a latent misalignment of the eyes that results when both eyes don't look at the same object.Â
"Masalah utamanya adalah Anda memiliki dua mata dan otak sulit melihat sesuatu hanya dengan satu mata dan tidak dengan mata yang satu lagi" Fateh ucap kepada Forbes pada bulan Maret 2013.Â
Alat bantu visual yang digunakan di kepala dapat menyebabkan kebingungan binocular, gangguang penglihatan dan potensi mata juling karena mata tidak melihat pada satu objek saja. (berita: cio.com)Â
Simpulan Dari Kacamata Orang IndonesiaÂ
Kehadiran Google Glass mungkin tidak sesanter iPhone versi terbaru. Namun uji coba program Google Explorer di Amerika sendiri menuai efek positif dan negatif. Dan konsumenlah kembali yang menilai. Sesuai dengan kebijakan kebutuhan dan kemudahan dalam dunia teknologi.Â