Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Horor Singkat Tercekat #13

12 Desember 2014   06:08 Diperbarui: 7 Maret 2016   13:43 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: panoramio.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="491" caption="(ilustrasi: panoramio.com)"][/caption]

Aku terus pandangi dahan pohon besar di samping rumahku. Hembusan angin membuat daun-daunnya bergerak bebas. Sudah hampir jam 12 malam. Aku tak melihat ada yang nangkring disana. Tetanggaku bilang, kemarin malam lihat kuntilanak di pohon mangga ini.

- - o - -

"Dit, doain gwe ya..." ujar Dimas. Sambil terus sibuk dengan Angry Bird di HP-nya, Adit membalas "Yoi Dit... ." Adit tak begitu faham kenapa Dimas mengucap kata ini. Yang Adit tahu, Dimas hendak test di kampus hari ini. Tetapi sore ini, Dimas telah tiada. Dimas mengalami kecelakaan saat hendak ke kampus. Inilah maksud Dimas meminta doa ke Adit. Adit hanya termangu di samping jenazah Dimas yang disemayamkan.

- - o - -

Dewi menghentikan laju mengetiknya di laptop, karena ia hendak buang kecil. Jam di tembok menunjukkan pukul 2 dini hari. Sekembali dari kamar kecil. Tepat di mejanya sedang mengetik, ada sesosok bayang hitam, pria. Ia hanya bisa terdiam dan menatap heran. Seperti sosok suaminya. Yang ia tahu, suaminya tengah berada di luar kota. "Mas..?" lirih, ia beranikan diri bertanya. Sosok tadi menengok ke arahnya. Wajahnya hitam legam terbakar. Tersengal, Dewi bangun dari tidurnya. Tepat diatas meja ia mengetik, ia menatapi foto suaminya. Suaminya telah tiada. Ia meninggal 1 tahun lalu akibat kecelakaan dan mobilnya terbakar. Saat hendak bekerja keluar kota.

- - o - -

Sepertinya mba Nur tetanggaku itu tidak rela keguguran yang telah ia alami. Sudah hamil tua, sekitar 8 bulan malah mengalamai keguguran. Dan yang lebih menyentuh hati, saat melihatnya meratapi kesedihan atas kepergian calon jabang bayinya. Apalagi ia juga ditinggal kabur suaminya. Dan malam ini, tepat disamping rumahku. Arwah mba Nur menangis dan tertawa sendiri, sembari memegangi perutnya. Setelah keguguran, mba Nur memutuskan bunuh diri di rumahnya. Kini arwahnya terus meratap dengan tangisnya.

- - o - -

"Nis, tolong saya Nis..." Terbangun dan tersengal ketakutan, Nisa terbangun. Tiga malam kemarin Ridha selalu datang ke dalam mimpinya. Berwajah pucat dan memelas, Ridha selalu berucap tolong. Benar saja, mimpi Nisa seolah menyiratkan pesan. Ridha ditemukan tewas di kamar kostnya yang terkunci sejak tiga hari lalu. Ridha diracun pacarnya. Karena tahu Ridha hamil dan menolak menggugurkan kandungannya.

- - o - -

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun