Mohon tunggu...
Giovani Yudha
Giovani Yudha Mohon Tunggu... Freelancer - Gio

Sarjana HI yang berusaha untuk tidak jadi Bundaran

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Lebaran dan Peziarahan

9 Mei 2022   15:13 Diperbarui: 9 Mei 2022   15:14 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedatangan tamu saat lebaran/Dokpri

Apakah ini tanda-tanda hubungan renggang dengan Tuhan?

Lebaran kemarin, saya mengikuti tren mudik ke daerah asal kedua orang tua, yaitu Klaten. Sebuah kota "kejepit" antara Solo dan Yogyakarta. Setiap tahun pasti ke sana, tapi baru kali ini perginya saat momen lebaran karena permintaan Mbah Uti untuk kumpul bareng sekaligus bersih-bersih rumah.

Rumah mbah ramai dikunjungi, mengucapkan maaf silih berganti dan aliran THR terus-menerus tiada henti. Pecahan lima ribu hingga dua puluh ribu diterima dengan penuh syukur tanpa ada keluhan 

Mbah kok mung semene?

Uniknya di sana adalah momen lebaran tidak jatuh pada hari H lebaran. Pas hari lebaran sepi tidak ada yang berkunjung tapi satu hingga tiga hari sesudah hari lebaran baru mulai ramai. Uniknya, ini seakan-akan sudah jadi kebiasaan sebab yang datang jumlahnya banyak tidak hanya satu-dua keluarga saja. 

Kedatangan tamu saat lebaran/Dokpri
Kedatangan tamu saat lebaran/Dokpri

Kaget sekaligus kagum dengan momen lebaran ini. Kesalahan satu sama lain mungkin hanya sekecil ketombe karena Mbah sangat jarang atau bahkan tidak pernah ketemu sebelumnya dengan keluarga yang bertamu. 

Namun, momen lebaran mengingatkan kembali kalau manusia adalah sosok yang punya sopan santun dan "tidak bersih" sepenuhnya. Noda dosa perlu dihapus dengan meminta maaf kesalahan, baik disengaja maupun tidak.

Lebaran usai, lanjut ziarah

Ziarah ke Candi HKY Bantul/Dokpri
Ziarah ke Candi HKY Bantul/Dokpri

Momen lebaran telah usai, lanjut ziarah ke Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bantul. Tiap akhir tahun pasti ke sana tapi selama dua tahun pandemi harus terhenti. 

Tidak banyak berubah, tetap indah dengan perpaduan bangunan Jawa dan keheningannya yang menenangkan. Pengunjung pun ramai datang ada yang bersama keluarga maupun rombongan komunitas. 

Sampai di sana, bersihkan diri dengan mata air dan hendak berdoa ke depan candi menghadap patung Hati Kudus Tuhan Yesus. 

Ketika mulai berdoa, saya mengalami blank. Tidak bisa menyampaikan doa baik melalui ucapan mulut maupun dalam hati. Seakan-akan tidak tahu caranya berdoa. Saya tidak bisa menyampaikan doa, baik untuk memohon pengampunan maupun menyampaikan permintaan. 

Kejadian itu membuat saya bertanya-tanya dalam diri sambil menatap candi.

Tuhan, saya kenapa? 

Candi HKY Bantul/Dokpri
Candi HKY Bantul/Dokpri

Mengapa saya tidak bisa menyampaikan doa? Banyak dosa yang saya ingin minta pengampunan. Banyak permasalahan yang saya ingin minta pendampingan.

Mengalami hal tersebut membuat saya akhirnya berdoa hafalan saja seperti Bapa Kami. Tidak ada doa spontan yang saya sampaikan karena kebuntuan.

Memang, Tuhan adalah sosok yang Maha Pengampun dan mengetahui setiap keinginan dari hamba-Nya. Namun, tetap saja saya merasa seperti "hamba yang tersesat" karena tidak tahu bagaimana berinteraksi dengan-Nya.

Patung Bunda Maria HKY, Bantul/Dokpri
Patung Bunda Maria HKY, Bantul/Dokpri

Kemudian, saya pun berpindah ke patung Bunda Maria dengan harapan bisa kembali menyampaikan doa. Memulai dengan doa hafalan Salam Maria sambil menatap Bunda yang menggendong kanak-kanak Yesus.

Kembali, saya mengalami kebuntuan dalam menyampaikan doa spontan memohon pengampunan dan permintaan. Rasanya seperti anak kecil yang ingin menyampaikan banyak hal tapi terkendala kemampuan. Jadi hanya bisa a-i-u-e-o saja.

Sedih rasanya, berdoa saja sulit. Seakan-akan saya tidak bergantung lagi pada Tuhan padahal banyak pertolongan yang diinginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun