"aku kok ga bisa inget suara bapak gimana ya?"
Agus pun berusaha untuk mengingat-ingat lagi suara sosok bapaknya itu. Ia mencoba mengambil sejenis "rekaman kuno" yang diyakini mampu membuatnya teringat kembali suara bapak. Tapi nahas, saat dicoba untuk disetel kembali, rekaman tersebut tidak berbunyi apa-apa.Â
Belum menyerah, Agus mengunjungi ke tempat sejenis reparasi elektronik yang diharapkan bisa mengembalikan suara rekaman tersebut. Melihat kondisinya, pemilik reparasi pun mengeluh tapi tetap mengusahakan untuk mengembalikan suaranya.
Selama proses perbaikan berhari-hari, digambarkan dalam video bagaimana sosok Agus sebagai ayah dalam keluarga. Perasaan sedih tidak membuatnya hilang perhatian terhadap istri dan anaknya. Kehangatan tetap diberikan.
Setelah berhari-hari, Agus kembali ke tempat reparasi dan menanyakan bagaimana hasilnya. Dengan berat hati, si pemilik pun menjelaskan kalau video dalam rekaman hanya bisa diselamatkan selama 10 detik akibat kondisinya yang "sudah parah".
Agus pun kaget dan sedih mendengar hal itu, namun ia hanya bisa legowo karena yang terpenting adalah bisa kembali mengingat suara ayahnya. Sampainya di rumah, bersama istri dan anaknya, Agus menyetel rekaman 10 detik tersebut dan tampak bapaknya sedang duduk seraya berkata, "bisa gus?"
Terus-menerus diulang hingga Agus meneteskan air mata. Akhirnya, ia bisa kembali ingat suara bapaknya.
Alur ceritanya lebih menyentuh daripada yang saya ceritakan ditambah ada suara merdu dari Yura Yunita. Jadi, tonton juga videonya ya!
Film pendek ini menginspirasi saya untuk menulis artikel tentang bapak saya sebagai bapak rumah tangga
Puji Tuhan, saat ini bapak saya masih bisa menemani di dunia. Sulit membayangkan bagaimana kalau tidak. Wong saya kalau datang ke pemakaman ayah dari teman/kerabat/saudara, sayanya juga ikut sedih banget. Tanpa bapak, bingung saya ke depannya gimana.
Bapak saya saat ini bekerja sebagai bapak rumah tangga. Sebelumnya, bapak pernah menjabat sebagai tim lapangan untuk bantuan sosial di salah satu rumah sakit ternama Jakarta dan di bidang advertising salah satu agensi.Â
Saya tidak tau secara lengkap kenapa bapak berhenti berkarier, tapi pernah sedikit ibu bercerita kalau atasan bapak memperlakukannya secara tidak adil. Dari situ, bapak sepertinya mengalami trauma ditambah umurnya tidak muda lagi, ijazah SMA, dan harus bersaing dengan milenial sarjana. Keputusan bulat, bapak berhenti berkarier.