Mohon tunggu...
Gina mufidah
Gina mufidah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UNJ Pendidikan Ekonomi

Saya Gina Mufidah lahir di jakarta umur saya 20 tahun, saya mahasiswa aktif UNJ semester 4.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Suku Bunga Acuan BI Turun, Apa Penyebab dan Dampaknya?

26 Oktober 2020   16:40 Diperbarui: 26 Oktober 2020   16:55 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
By : finance.detik.com

Rapat Dewan Gubernur BI (Bank Indonesia) pada tanggal 17- 18 Juni 2020 menghasilkan keputusan bahwa Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-days (Reverse) Repo Rate sebesar 25 basis poin, yang artinya menjadi 4,25 % dari 4,5 %.  

Dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia tersebut, selain menghasilkan keputusan penurunan suku bunga acuan, BI juga menurunkan suku bunga deposit facility dan juga suku bunga landing facility. Kedua nya sama- sama turun sebesar 25 basis poin.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan "Dengan assessment ekonomi global dan domestik. Saya ingin sampaikan atas nama RDG bahwa RDG Bank Indonesia pada tanggal 17-18 Juni 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day (Reverse) Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,25 %" pada Kamis (18/06/2020).

Lalu pada Rapat Dewan Gubernur BI, ditanggal 15-16 Juli 2020 mengeluarkan hasil yaitu Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan nya sebesar 25 basis poin, sehingga suku bunga acuan BI sekarang adalah 4.00%, dan masih bertahan sampai hari ini. Para ekonom menyebutkan bahwa akan ada kemungkinan suku bunga acuan BI turun kembali, karena melihat kondisi perekonomian Indonesia yang saat ini belum juga stabil.

Penurunan suku bunga acuan ini dapat dibilang penurunan terendah sepanjang sejarah perekonomian Indonesia. Penurunan suku bunga ini juga telah mempertimbangkan kondisi rendahnya tekanan inflasi, terjaganya stabilitas eksternal, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Untuk  perekonomian secara makro, penetapan turunnya suka bunga acuan ini juga akan berpengaruh kepada perekonomian Indonesia. 

Dalam hal ini, Bank Indonesia selaku pihak yang berwenang dalam melakukan kebijakan moneter,  memiliki beberapa instrumen kebijakan yang dapat diimplementasikan dalam rangka pengendalian moneter. Salah satunya adalah suku bunga. Bank Indonesia memiliki wewenang untuk menetapkan suku bunga dalam rangka menentukan tingkat uang beredar sebagai penentu arah kebijakan moneter.

Salah satu alasan BI tidak menurunkan kembali tingkat suku bunga acuan dari Bulan Juli adalah  mempertimbangkan menjaga stabilitas rupiah ditengah inflasi yang diperkirakan akan tetap rendah seperti yang sebelumnya disampaikan. Namun keputusan ini menimbulkan pro dan kontra.

Menurut Anthony Budiawan, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) keputusan tersebut justru tidak tepat. Lantaran menurutnya bunga acuan di level 4% termasuk tinggi, dan bisa menghambat pemulihan ekonomi nasional yang dicanangkan pemerintah.

Menurutnya hal ini akan menyebabkan pemulihan ekonomi Indonesia terhambat, karena secara teori jika suku bunga acuan tidak turun maka suku bunga kredit, obligasi dan juga Surat Berharga Negara (SBN) tidak juga kunjung turun.

Hal ini menyebabkan kurang diminatinya obligasi oleh investor asing, sehingga investor asing akan lebih memilih obligasi negara lain seperti Vietnam, Thailand, Singapura, atau Malaysia. Hal ini akan berdampak supplay Dollar ( mata uang asing ) ke Indonesia akan turun.

Dalam hal ini, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan dengan maksud menambah uang yang beredar di masyarakat. Jika suku bunga acuan turun, maka masyarakat akan berpikir bahwa keuntungan yang mereka akan dapatkan kecil jika mereka menabung uang di bank, sehingga mengakibatkan ketertarikan masyarakat untuk menyimpan uang nya di bank menurun, dan masyarakat akan lebih memilih untuk menarik uang nya. Sehingga uang yang beredar di masyarakat bertambah.

Lalu, apa sebenarnya penyebab atau alasan Bank Indonesia terus menurunkan suku bunga acuan ( BI 7DRR) ini?

Pertama, penurunan suku bunga acuan (7DRR) diperlukan untuk mendorong ekonomi dalam negeri yang melambat akibat adanya pandemi Covid-19 ini. Hal ini menjadi penyebab utama Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo membuat keputusan tersebut.

Kedua, rendahnya tingkat inflasi tahun ini, yang pada bulan lalu yaitu September mencapai 1,42% ( dalam satu tahun), 10 poin dari sebelumnya Agustus 1,32% ( dalam satu tahun).

"Rendahnya prakiraan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran 3,5 plus minus 1% akan tetap berada dalam sasaran 3% pada 2020," kata dia di kantor BI, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2019).

Ketiga, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, kepercayaan bahwa imbal hasil investasi masih akan menarik meski suku bunga acuan BI turun.

"Tetep menariknya imbal hasil keuangan domestik, bisa diukur perbedaan suku bunga baik dalam riil policy rate 2,5% diferensialnya kemudian nominal interest rate diferensial kalau terkait cover 4,16% kalo uncover tanpa premi risiko 5,74%," jelasnya.

Keempat, untuk meningkatkan penyaluran kredit oleh pihak perbankan yang diperkirakan bisa mendorong percepatan perekonomian nasional.

"Sebagai langkah preventif untuk dorong momentum perekonomian ke depan dari dampak perlambatan ekonomi ke depan. Indonesia beruntuk PE momentumnya terus berlanjut, tapi kita harus antisipatif dari risiko perlambatan eko global dan penurunan suku bunga ini sebagai preemtive untuk dorong ekonomi Indonesia ke depan," ujar Perry Warjiyo.

Setelah terjadi penurunan suku bunga acuan oleh BI, lalu apa dampak yang akan terjadi karena keputusan ini?

Pertama, menurunnya suku bunga kredit, seperti yang sebelumnya dijelaskan jika suku bunga acuan turun, maka suku bunga kredit pun akan mengikutinya. Dengan hal ini, bank akan  mendapatkan angin segar karena bisa menurunkan cost of fund. Cost of fund adalah biaya yang ditimbulkan dari bunga simpanan (giro, tabungan, dan deposito).  Selain berdampak pada bank, hal ini juga berdampak pada bisnis properti, karena konsumen akan mendapatkan bunga lebih rendah saat melakukan pembelian secara kredit.

Kedua, mendongkrak pertumbuhan bisnis. Turunnya suku bunga acuan ini akan menjadi stimulus bagi pebisnis yang mengalami masa kesulitan pada saat pandemi. Karena, pelaku bisnis bisa mulai meningkatkan jumlah produksi, sehingga potensi bisnis berkembang menjadi lebih besar. Karena para pebisnis

Ketiga, mengurangi jumlah pengangguran. Hal ini terjadi karena bangkitnya pebisnis yang secara tidak langsung akan mengakibatkan bertambahnya jumlah lapangan pekerjaan.

Keempat, turunnya suku binga investasi. Mungkin kali ini dampak yang diberikan bukan positif melainkan negatif, berbeda dengan dampak dampak sebelumnya. Seperti hal nya suku bunga kredit, suku bunga investasi, deposit, dan giro di bank juga akan menurun. Hal ini berpengaruh kepada keuntungan investor yang akan menurun juga.

Kelima, biaya ekspor-impor menjadi lebih murah. Dampak bunga acuan BI yang turun akan mempengaruhi turunnya biaya pinjaman untuk perusahaan ekspor impor. Dengan hal ini, diharapkan permintaan konsumen terhadap kredit akan terus meningkat, dan membaik. "Dengan ini bisa diasumsikan permintaan kredit akan meningkat dan harus dijaga, lalu ekspektasi konsumen terhadap kredit juga masih baik," kata Doddy dalam pelatihan wartawan di hotel Adimulia, Medan, Jumat (19/7/2019).

Oleh Gina Mufidah / Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

Reverensi Sumber : koinworks.com/firdanurasmita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun