Pagi itu juga sebelum matahari terbit, Demas membawa Kara ke rumah sakit terdekat dengan mobil. Kara masuk IGD dan langsung ditindak untuk perawatan di salah satu ruangan. Untung saja ia tak terlambat dibawa hingga masih bisa tertolong.
Ketika Kara sudah tertidur pulas di ruang perawatan, Demas mendapat satu kabar penting dari ponselnya mengenai kabar pencarian Felix dan kawan-kawan. Matanya terbuka lebar menahan tangis, lalu menatap kakaknya dengan perasaan yang semakin teriris karena merasa tak sanggup untuk memberitahu secara langsung.
Tim SAR menemukan Felix.Â
Dalam keadaan tak bernyawa.
***
Kara berkaca-kaca. Beberapa jam setelah ia tertidur dan mendapat perawatan, Demas menjelaskan dengan hati-hati soal kabar terakhir Felix yang ditemukan dalam keadaan tanpa nyawa. Jelas, perempuan itu shock dan menganggapnya sebagai mimpi siang bolong.
"Kakak harus ikhlas, ya," kata Demas mencoba tegar menenangkan.
Kara belum bisa berkata apa-apa. Air matanya perlahan mengalir tanpa disadari. Ia melihat pergelangan tangannya yang semula lebam kini sudah menghilang. Napasnya jauh lebih teratur. Demam dan rasa pusing yang beberapa hari menyerangnya pun kini sudah tidak terasa lagi.
Setelah sadar bahwa ini benar-benar nyata, barulah Kara panik.
"Nggak, De. Felix belum ketemu, kan? Felix masih dalam pencarian tim SAR, kan?"
"Kak, Felix dan dua temannya udah dipastikan tewas di pendakian itu. Aku tahu Kakak pasti masih shock sekarang."