Aku jadi seperti monster.
Tubuh ini bergerak menyerang Jasmine, menusukkan semua lima jari ini ke tengah dadanya hingga menembus jantung. Perempuan licik itu langsung tak berdaya, memuntahkan darah yang mengenai wajahku.
Sedangkan Ambar, sumber kekacauan ini kabur ketakutan menuruni tangga ke lantai dasar. Aku lompat dari lantai dua tanpa terluka sedikit pun. Ambar ketakutan, namun tak mungkin aku membiarkannya bebas.
"Kamu juga harus mati, Ambar..."
Taring ini jadi senjata utama mengoyak wajah dan lehernya sampai ia berteriak.
Tangan, kaki, badan, semua aku hancurkan. Darah dan dagingnya pun kukonsumsi secara langsung sebagai bentuk pembalasan korban-korban lain.
Ia tewas seketika. Dendam ini lunas.
Tubuh ini terasa pusing, bahkan aku sempat muntah-muntah setelah kejadian berdarah ini selesai. Lalu, pandangan buram sampai sepenuhnya gelap. Aku tertidur di dekat pintu utama ketika ingin keluar dari tempat ini.
Begitu sadar, matahari sudah menampakkan diri meski belum sempurna. Aku mencoba bangkit dengan darah yang mulai mengering di tubuh. Sedikit tertatih, terus melangkah mencari tempat pertolongan.
Sial. Tempat yang seharusnya bisa membersihkan jiwa dari permasalahan hidup, malah berbalik jadi mengotori diri ini dengan menambah beban dan memori kelam.
***