"Mereka nggak cocok sama makanan di sini." Hanya itu respons Madam Ambar saat kami menanyakan soal Kalia dan Sena.
Sesi pembersihan diri tahap 2 dimulai. Aku dan tiga orang lain berada di kolam renang yang ada di halaman belakang rumah. Kami sama-sama mengenakan kaos dengan celana pendek warna putih. Berdiri di pinggir kolam yang dalamnya sedada, kemudian membenamkan diri selama beberapa detik. Ke luar air menghirup udara, lalu masuk kembali beberapa detik, seperti itu terus dilakukan berkali-kali.
Regina, perempuan yang di hari pertama menenangkanku, kini dipaksa membenamkan diri oleh Madam tanpa boleh keluar air. Kepalanya di tahan, sampai tubuh itu tak bisa melakukan perlawanan. Lagi-lagi ada korban tewas yang kali ini adalah dirinya.
"Tubuhnya sangat kotor dari aura negatif. Dia tidak akan pernah bersih," jawab Madam saat aku meminta penjelasan.
Dari sana aku semakin sadar untuk segera pergi dari tempat tak waras ini.
***
Di kamar ini yang hanya tersisa aku, Jasmine, dan Yola, kami berdiskusi soal keanehan di sini. Mereka pun merasakan hal sama dan mulai merasa takut.
"Waktu itu aku pernah nggak sengaja menjatuhkan dompet Madam yang disimpan di meja," kata Jasmine bercerita. "Sekilas aku lihat KTP-nya. Kalian tahu, ternyata dia lahir tahun 1946."
Aku dan Yola kemudian saling tatap karena tahu betul bahwa Madam Ambar masih berusia 40-an. Bahkan wajahnya termasuk cantik dan awet muda untuk orang seusianya.
Lalu malamnya ketika aku ke luar kamar untuk mengambil minum, terdengar suara mencurigakan dari lantai dua, yang mana di sanalah letak kamar Madam.
Penasaran dengan apa yang sedang terjadi dan ingin segera menyelesaikan semuanya, aku perlahan menaiki tangga di suasana gelap yang hanya diterangi oleh sinar bulan dari celah jendela. Pintu kamar Madam terbuka, namun bisa kupastikan tak ada siapa-siapa di sana.