Uniknya kehadiran para hantu di sini bukan untuk saling menakuti kepada manusia, justru menjaganya.Â
Seperti halnya Gendoruwo yang semula bertugas sebagai penjaga Raditya ke-6, yaitu ayah Raga. Selain bertugas menjaga, mereka juga masing-masing telah dibekali kekuatan khusus sebagai perlindungan diri untuk hidup di jagat arwah dan jagat manusia.
Ini menjadi hal yang sangat segar melihat kehadiran Kuntilanak, Noni Belanda, dan Gendoruwo memiliki penampilan yang jauh lebih modern lalu saling mengeluarkan kekuatan layaknya super hero Avengers.Â
Chemistry antar pemain baik itu pihak manusia dan hantu bisa dibilang cukup baik. Namun yang paling mencuri perhatian adalah kehadiran Gendoruwo yang bisa membuat suasana tegang di film menjadi lebih cair dengan komedi yang tidak terlalu dipaksakan.
Selain kehadiran para hantu yang lokal banget, hal-hal bernuansa Indonesia lainnya tentu masih terasa sangat kental dari beberapa aspek yang dihadirkan.Â
Seperti aksara jawa kuno, pakaian tradisional di zaman dulu, bahsa daerah yang diucapkan pemain, hingga kepercayaan masyarakat terhadap orang yang bisa "menangkal" hantu.
CERITA UNIK DENGAN EKSEKUSI YANG BELUM SEMPURNA
Seperti yang saya bilang sebelumnya bahwa jarang-jarang ada cerita horor yang langsung dibalut dengan unsur fantasi. Jelas, ini menjadi kelebihan dari film garapan Visinema ini. Namun eksekusi pada film rasanya masih ada beberapa catatan dari pandangan saya pribadi.
Yang pertama adalah tujuan awal dari film ini belum terlihat jelas sampai setidaknya setengah film berjalan.Â