Kukira kita akan bersama,
Begitu banyak yang sama latarmu dan latarku,
Pertama mendengarnya seminggu lalu sama sekali tak memberikan efek apa-apa pada diri ini. Tapi ketika lagu berjudul Hati-Hati di Jalan tanpa sengaja terputar lewat playlist Spotify hari ini, aku sadar bahwa maknanya memang cukup dalam.
Tentang dua manusia yang dipertemukan pada satu waktu, kemudian sadar telah sama-sama menemukan jalan pulang. Keduanya percaya bahwa memang inilah titik akhir pada perjalanan itu. Sayangnya, ada satu teori yang sempat dilupakan bahwa setiap apa yang dipertemukan Tuhan, tidak serta merta menjadi sesuatu yang diharuskan bersama selamanya.
Sama dengan ceritaku yang menyangka bahwa semua akan berjalan mulus, namun justru berbanding terbalik dengan kenyataan yang harus diterima.
"Aku suka sama kamu."
Ingatan itu kemudian terputar lebih jauh dalam putaran lambat ketika ia sengaja mampir ke apartemen milikku tepat saat hujan deras mengguyur kota. Sekujur tubuhnya nyaris basah, memancing reaksiku mengambil handuk, kemudian mengeringkan rambut panjangnya sampai mata kami bertemu dalam beberapa detik.
Dan pernyataan perasaan itu tiba-tiba saja keluar dari mulut ini tanpa pernah direncanakan. Wajahnya yang manis seketika menghipnotis diri hingga aku berani mendekatkan wajah lebih dekat dengannya sampai dua bibir kami bertemu dalam satu ciuman lembut.
Yang terjadi selanjutnya ternyata di luar dugaan. Tanpa aku paksa, ia membalas ciuman itu dengan lebih panas. Bibirnya yang basah namun candu belum bisa kulupakan sepenuhnya hingga saat ini.
Di pagi harinya, aku ingat terbangun masih memeluk perempuan itu bahkan tanpa mengenakan busana. Kucium keningnya, membisikkan sesuatu yang mungkin tak didengarnya karena belum sadar.
"Kita akan bersama, selamanya."