"Karena aku memang benar-benar sayang sama kamu."
Damar jadi teringat dalam permainan terakhirnya itu, ketika keduanya sama-sama tak mengenakan busana, Keyla selalu mengatakan kata sayang, I love you, dan sejenisnya. Dia pikir itu hanya sebuah refleks, tapi ternyata memang tulus dari hati.
"Aku nggak bisa," jawab Damar tegas masih tanpa mengenakan baju.
"Kenapa?"
"Karena untuk jadi istri, aku akan cari perempuan yang benar-benar bersih."
Kata-kata tadi meninggalkan satu tamparan keras yang mendarat di pipi Damar. Ia sadar bahwa apa yang diucapkannya memang keterlaluan. Ia menerima dan pantas mendapatkan itu.
Dan itulah kali terakhir mereka bertemu. Tak ada lagi kontak telepon atau chat, apalagi sampai tidur dalam satu kasur yang sama. Yang tersisa hanyalah pertanyaan dalam benak Keyla, benarkah itu alasan Damar menolaknya?
***
Acara lamaran disenggelarakan secara sederhana namun tetap elegan sesuai kesepakatan awal. Busana batik Keyla dengan riasan yang tak berlebih menjadikannya ratu dalam sehari di rumahnya sendiri.
Tamu undangan yang datang rata-rata berasal dari keluarga dan kerabat dekat. Keyla sudah memberi tahu Damar perihal acara hari ini. Namun pesannya tersebut hanya dibaca tanpa ada konfirmasi apakah ia akan datang atau tidak. Maka ketika detik-detik acara penting tersebut mulai, matanya terus berkelana mencari batang hidung pria yang sering menidurinya itu selama setengah tahun terakhir.
Sampai pertukaran cincin dan acara ramah tamah berlangsung, Damar sama sekali tak ada. Keyla mulai bisa mengikhlaskan bahwa laki-laki itu cukup jadi masa lalunya saja.