Seseorang dalam usia 25 tahun ada yang sudah menikah, membentuk keluarga kecil dan tinggal di rumah pribadi dengan pekerjaan bergengsi. Sementara itu seseorang lain dengan usia yang sama baru merintis karir di sebuah perusahaan kecil. Satu contoh lagi misalkan, sedang mencoba mengembangkan bisnisnya.
Hal ini tak jarang membuat kaum dewasa muda di usia 20-an merasa minder atas pencapaian yang diraihnya karena melihat contoh lain yang ternyata lebih sukses dan lebih bahagia. Padahal, tidak selamanya pencapaian orang lain harus menjadi tujuan pencapaian kita.Â
Maka, di bagian yang terdiri dari 11 bab ini memang sangat cocok kepada pembaca yang masih merasa tertinggal atas pencapaian teman sendiri yang kelihatannya lebih maju.
Sebuah catatan yang sungguh mengena bagi saya sebagai pembaca adalah bahwa masing-masing orang memiliki kompetisinya masing. Jika orang yang kita kenal memang sukses secara karir, itu artinya dia memang berada pada kompetisi karir.
Berbeda dengan orang yang mungkin karirnya biasa saja, namun ia unggul dalam bidang lain, misalnya ia mempunyai bakat seni sehingga bisa menghasilkan tambahan uang dari sana. Berbeda dengan contoh pertama yang hanya memiliki sumber pendapatan dari satu titik saja.
Intinya adalah bahwa masing-masing orang bisa unggul dalam kompetisi yang berbeda. Saya bisa unggul di kompetisi A, namun teman saya unggul di kompetisi B. Tidak perlu memaksakan untuk mengejar pencapaian orang lain. Cukup dengan mengembangkan potensi diri untuk mencapai satu kompetisi.
I want you to keep on trying even though you don't want to try. 'Cause I'm rooting for you. 'Cause we need more good people like you in this world (Insecurity is My Middle Name, Page 186)
Membenci Diri yang Tak Sempurna
Pada bagian IV yang hanya terdiri 3 bab ini benar-benar mengajak pembaca untuk merenungkan diri. Kadang, kita membenci diri sendiri karena tak sempurna. Tak ada yang bisa dibanggakan.
Dan di bab ini pula pembaca diajak untuk memandang diri sendiri pada agama yang kita peluk. Seperti, sudahkah kita menjalankan semua perintah-Nya? Dan bagaimana jika ini hari terakhir kita? Sementara kita masih disibukkan dengan menghkawatirkan diri tanpa memikirkan soal kehidupan setelah kematian.
Jika ini hari terakhirmu, apakah hal-hal yang kau risaukan itu masih berarti? (Insecurity is My Middle Name, Page 232)
Berdamai dengan Insecurity
Dan inilah bagian akhir dari perjalanan bersama Insecurity. Tentunya di 4 bab terakhir ini, kita akan diajak untuk mencoba berdamai dengan semua insecurity yang kita punya. Entah itu soal fisik, masa depan, hingga pencapaian diri saat ini.