Ada sebuah dorongan seperti ledakan yang melempar Marlo sampai benar-benar jatuh tak berdaya. Rara menyusulnya dengan berlari cepat, melihat Marlo yang kini seperti ketakutan.
"Jangan bawa aku pergi, Ra. Aku bahagia di sini."
"Nggak bisa, Mar. Aku jauh-jauh ke sini untuk jemput kamu. Oke?"
Untuk pertama kalinya, Rara melihat Marlo menangis. Dalam pelukannya.
***
Sudah setengah jam Aji menunggu di sini. Sesekali ia berputar keliling kamar untuk menghilangkan rasa stresnya. Berbagai pikiran menyelimuti diri karena takut terjadi sesuatu pada Rara dan Marlo.
Tak lama dari itu Rara terbangun dengan tubuh penuh keringat. Ia masih nampak cemas memandang sekitar seperti orang kebingungan. Headset putih itu terlepas dengan sendirinya, menyisakan Marlo yang masih tertidur dengan mendengar lagu itu.
"Ra, Marlo gimana?"
"A-aku udah berusaha yang terbaik, Ji. Ta-tapi aku nggak tahu apa dia..."
Sebelum menyelesaikan kalimatnya, keduanya mendengar suara orang terbatuk. Ketika menoleh, semuanya saling tatap lalu memeluk Marlo bersamaan.Â
"Gu-gue haus," kata Marlo. Aji langsung menyerahkan air mineral kemasan yang ia bawa dari dalam tasnya.