***
Kini dengan balutan gaun putih sederhana sebatas lutut, Rara duduk di permukaan rumput yang hijau. Betul, kali ini pandangan sudah seperti semula. Ia bisa melihat banyak warna di sini, termasuk langit cerah di atasnya yang berwarna biru seperti laut. Di sampingnya ada Marlo, mengenakan kemeja dan celana warna putih yang sedang berbaring di atas rumput.
"Mar?" tanya Rara hati-hati.
"Ya, sayang? Kenapa?" jawabnya lembut, dengan senyum yang tetap menghipnotis.
"Kita pulang, ya? Pergi dari sini."
Tatapan Marlo seketika berubah. Ia bangkit dengan wajah penuh amarah, disusul oleh Rara yang mencoba menenangkannya.
"Nggak seharusnya kita di sini. Dunia kamu bukan di sini, Marlo," jawab Rara bersamaan dengan angin yang meniup rambutnya.
"This is my world, not yours!"
Mendadak Marlo memiliki kekuatan. Ketika ia melebarkan tangan kanannya, Rara terhempas jauh dari tempat semulanya berdiri. Terjatuh, tapi tidak sampai terluka.
Marlo setengah berlari mendekat ke tempat Rara terjatuh. Sekali lagi ia melebarkan telapak tangannya untuk menyingkirkan perempuan itu dari hadapannya. Rara tidak tinggal diam. Ia juga punya kendali atas realitas Marlo, karena ia juga ada di sini sembari mendengarkan musik klasik di dunia sesungguhnya.
Sebelum benar-benar mendekat, Rara memasang kuda-kuda kakinya, lalu melebarkan kedua telapak tangannya untuk menahan serangan Marlo.